Aktivis Kecam Pernyataan Dokter Tifa soal Pemimpin Disabilitas: Kontraproduktif dan Menghina Martabat
Kamis, 30 Mei 2024 | 11:30 WIB
Jakarta, NU Online
Pegiat Gerakan Inklusi Disabilitas Bahrul Fuad menyayangkan pernyataan yang disampaikan aktivis dr. Tifazuia Tyassuma mengenai narasi yang menyudutkan penyandang disabilitas dalam video yang beredar di kanal youtube Hersubeno Point berjudul Indonesia Tahun 2024 akan Dipimpin Presiden dan Wapres Disabilitas, tayang pertama kali pada 27 Mei 2024.
Dijelaskan dalam video tersebut Doker Tifa menyampaikan statemennya itu dalam acara halal bihalal diaspora 5 benua di Jakarta pada Sabtu, 25 Juli 2024.
Dokter Tifa mengatakan bahwa Indonesia tahun 2024 akan memiliki pemimpin disabalitas kuadrat. Satu adalah orang yang sudah mengalir menjadi disabilitas secara fisik dan kognitif dan kedua orang yang tidak punya kompetensi sama sekali berkualifikasi menjadi pemimpin Indonesia.
“Jika kita menyimak video dałam tautan tersebut kita tentu paham arah dari pernyataan dr. Tifa untuk menyerang presiden dan wapres terpilih saat ini. Tetapi dalam hal ini, ia menggambarkan penyandang disabilitas sebagai individu lemah, bodoh, dan berbagai label negatif lainnya,” kata Cak Fuad dalam keterangan tertulis kepada NU Online, Rabu (29/5/2024).
Cak Fu menilai penggunaan istilah disabilitas dengan konotasi atau framing negatif untuk menyerang seseorang ataupun institusi adalah tindakan yang tidak pantas dan tidak menghormati martabat individu dengan disabilitas.
Selain itu ujaran negatif tentang disabilitas yang dilakukan oleh dr. Tifa kontra produktif dengan perjuangan para penyandang disabilitas untuk membangun kesetaraan dan inklusivitas dalam kehidupan bermasyarakat.
“Kami para aktivitas gerakan berpuluh tahun berjuang untuk membangun pemahaman dan kesadaran masyarakat agar terjadi perubahan cara pandang masyarakat terhadap disabilitas menjadi lebih baik dan positif,” ungkap Komisioner Komnas perempuan itu.
Para penyandang disabilitas selama ini telah berjuang dengan berbagai cara dan lini agar masyarakat dapat menerima penyandang disabilitas secara wajar dan setara.
Sehingga dapat hidup secara layak sebagai warga bangsa dan sebagai warga masyarakat tanpa stigma dan diskriminasi. Tetapi pandangan ini ternyata masih menjadi pekerjaan rumah yang belum selesai.m
“Saya pikir perjuangan kami sudah hampir usai untuk tujuan tersebut, namun rupanya masih panjang jalan ke sana. Ternyata masih ada orang yang hidup di masa kini, namun cara berfikir mereka atau isi otaknya diambil dari zaman kegelapan yang memandang disabilitas sebagai aib dan segala hal yang negatif,” tutur Cak Fu.
Cak Fu mengatakan, secara fisik dan mental penyandang disabilitas memiliki keterbatasan dan hambatan namun tak satupun dari mereka yang serakah hingga merusak negeri ini. Berbeda dengan KPK, para koruptor, pembabat hutan, manipulasi pajak.
Dia mengutip William Shakesspeare bahwa di dunia tiada yang ternoda kecuali pikiran, dan tak seorangpun boleh disebut cacat, kecuali yang kejam. Ia mendorong berbagai pihak agar tak memandang rendah penyandang disabilitas.
“Saya berharap semua tokoh dan publik figur mendorong terwujudnya masyarakat inklusi disabilitas dengan tidak mengeluarkan pernyataan - pernyataan yang merendahkan harkat dan martabat penyandang disabilitas yang menguatkan stigma negatif terhadap penyandang disabilitas,” tandas penulis fiqih disabilitas itu.