Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus menegaskan bahwa orang yang berbuat dzalim kepada saudara, kawan, ataupun orang lain akan mendapatkan perhitungan tersendiri di akhirat.
“Kalau orang yang kamu dzalimi itu tidak menerima, itu (akan) jadi masalah. Bisa ndodosi (menggerus) amal-amal baiknya. Maka Rasulullah mengingatkan untuk menyelesaikannya (minta maaf),” kata Gus Mus dalam tayangan Jimat Gus Mus di kanal YouTube Gus Mus Channel pada Rabu (8/12/2021).
Perintah untuk bergegas meminta maaf kepada orang yang dizalimi dan meminta kehalalan atas perbuatannya, dijelaskan tertuang dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Sahabat Abu Hurairah ra. Gus Mus pun menyampaikan sebuah hadits yang berkenaan dengan hal tersebut.
“Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad bersabda: ‘Barang siapa memiliki kesalahan, perbuatan zalim terhadap seseorang baik dari kehormatannya, maka hendaklah meminta ampunan dari orang yang terzalimi hari ini juga. Sebelum uang dinar dan dirham tidak ditemukan lagi,” tutur Gus Mus.
“Karena jika sudah tidak ada dinar dan dirham lalu orang yang berbuat salah tadi memilki amal saleh, maka amal saleh tersebut akan diambil seukur kezalimannya. Jika orang yang berbuat salah tidak mempunyai amal saleh sama sekali, maka sebagian dari dosa-dosa orang yang terzalimi akan diambil, lalu dibebankan kepada orang yang berbuat zalim,” imbuhnya.
Hadits tersebut, sambung Gus Mus, menekankan seseorang untuk segera meminta maaf atas ketika melakukan kesalahan. Tiba saatnya tiada yang diandalkan kecuali amal saleh, perbuatan kesalahan yang belum termaafkan berpotensi untuk mengurangi bekal amal orang tersebut.
“Ini berat. Jangan dianggap enteng berbuat kezaliman itu. Kalau ingin meminta ampunan, ya sekarang ini. Mau kamu tebus pakai apa lagi kalau nanti? Amal salehmu, sembahyangmu, sedekahmu berapa? Kira-kira bisa nutup atau tidak,” terang Gus Mus.
“Orang zalim kalau tidak punya kebaikan sama sekali, di sana (akhirat) ditagih untuk menebus. Ya yang dizalimi itu kalau punya salah dilemparkan kepada dia," imbuhnya.
Lebih lanjut Gus Mus menerangkan relasi antara manusia kepada Tuhan dan manusia kepada sesamanya perihal kesalahan ini. Gus Mus mengatakan, manusia cenderung rumit ketika dimintakan maaf atas suatu perbuatan kesalahan.
“Manusia itu agak rumit. Kalau dia tidak memberikan maaf, misalkan tidak menghalalkan kamu korupsi uangnya meski hanya satu juta, tapi kamu tidak diberikan ampunan, itu nanti jadi urusan masalah di hari kiamat,” terang Gus Mus.
Kemungkinan untuk mendapat kehalalalan dan maaf dari manusia ke sesamanya jauh berbeda ketika seorang hamba memohon ampun kepada Tuhannya. Maha Pemurah dan Pengampun-Nya Allah, kata Gus Mus, lebih memudahkan suatu kesalahan untuk diampuni, daripada permohonan maaf manusia kesesamanya.
“Jadi kalau dipikir-pikir, lebih enak bergaul dengan Gusti Allah daripada bergaul dengan manusia. Kalau kamu dengan Allah kan, tinggal istigfar atau sembahyang, itu sudah bisa melebur dosa. Tetapi kalau dengan manusia, itu sulitnya nggak karuan,” ujar Gus Mus.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin