Dewan Tani pada Aliansi Petani Indonesia (API), Fuad Bahary, mengatakan, masalah pertanian di Indonesia sangat kompleks, salah satunya terkait ketimpangan agraria. (NU Online)
Masalah agraria di Indonesia masih menjadi sesuatu yang harus dipikirkan oleh pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Terutama ketimpangan agraria yang dinilai menjadi penyebab belum berkembangnya pertanian di Indonesia.
Dewan Tani pada Aliansi Petani Indonesia (API), Fuad Bahary mengatakan, masalah pertanian di Indonesia sangat kompleks, salah satunya terkait ketimpangan agraria. Saat ini petani kesulitan mendapatkan lahan. Tanah yang seharusnya digarap untuk produksi pertanian justru digerus oleh pembangunan properti dan industri.
“Produksi utama adalah tanah, saat ini petani di kita tidak wajar. Karena sulit mendapatkan tanah atau lahan, rata-rata petani kita hanya memiliki 0,5 hektare dan itu terus menyusut sehingga rumah tangga petani kita juga menurun,” ucapnya saat dihubungi NU Online, Selasa (26/8).
Menurutnya, pertanian di Indonesia juga terlihat tidak ramah. Persoalan tersebut telah mengakibatkan rusaknya lingkungan dan eksosistem pertanian. Hal itu disebabkan petani terlalu mengedepankan zat kimia untuk menggenjot hasil pertanian.
Masalah lain, lanjutnya, masih tingginya angka impor pertanian, padahal di Indonesia semua bisa ditanam tanpa harus impor. Puncaknya, tidak ada pihak yang mendorong para petani di Indonesia untuk terus membudidayakan tanaman pertanian.
Solusinya, ujar mantan tim advoksi API pusat ini, pemerintah harus memperkuat reforma agraria melalui lahirnya UU Pertanahan karena regulasi tersebut telah mengejawantahkan Undang-Undang pokok agraria. Selanjutnya, pemerintah memberikan petani lahan sebab lahan pertanian adalah alat produksi pertanian yang utama.
“Berikan perlindungan ke petani kita, petani Indonesia kan sangat luar biasa, mereka tidak usah dilindungi dengan program, berilah mereka akses tanah, akses pasar, keleluasaan mereka,” ujarnya.
Solusi lain adalah dengan memotong mata rantai proses penjualan hasil pertanian. Dengan begitu, Fuad mengaku optimis para petani akan sejahtera secara bertahap. Ia mengingatkan, jangan ada kesan para petani justru yang menghidupi kalangan menengah ke atas gara-gara semua dijual ke tengkulak. Bukan sebaliknya, petani Indonesia yang disejahterakan oleh pengusaha.
Editor: Muchlishon