Kudus, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As'ad Said Ali mengingatkan kepada warga NU untuk mengantisipasi paham-paham liberal baik di sektor ekonomi maupun agama. Paham tersebut, menurutnya, telah menyiapkan skenario terjadinya perang peradaban.
<>
"Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU) harus menjadi ujung tombak untuk melakukan pembenahan-pembenahan organisasi. Jangan sampai kita kemasukan paham-paham seperti itu dan dianggap sebagai liberal," katanya saat menjadi pembicara kunci dalam acara Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang diselenggarakan PC Lakpesdam Kudus bekerja sama dengan PP Lakpesdam di Pesantren Raudlatul Muta'allimin, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (20/3).
As'ad menyatakan belakangan ini bangsa Indonesia telah mengalami gerakan liberalisasi pada sektor ekonomi. Menurutnya, kekayaan negara sudah dikuasai pihak asing sehingga berdampak pada masyarakat menjadi terpinggirkan.
Untuk melawan liberalisasi ekonomi itu, ia menegaskan NU harus bisa mengembangkan etos kewirausahaannya dan menciptakan banyak pedagang andal dan besar untuk kemajuan Nahdaltul Ulama.
"NU harus membangun kembali Nahdlatut Tujjar untuk menjadikan seorang saudagar maupun pedagang. Bukan berbentuk koperasi, karena koperasi terlalu lama," ujarnya.
Di samping pada sektor ekonomi, kata As'ad, agama juga ingin diliberalkan. Kelompok liberal menyebarkan konsep tasamuh (toleransi) ala Barat yang membolehkan menghujat agama lain.
"Indonesia mau diadakan untuk menjadi liberal terkait penistaan agama yang UU-nya mau dihapuskan. Termasuk contoh lain membolehkan pernikahan sejenis. Kita harus perhatikan hal ini," tandas As'ad.
As'ad menilai pemahaman tentang toleransi masih terjadi perbedaan pandangan di antara kelompok. Karenanya keduanya perlu dirumuskan terlebih dahulu. "Sekarang ini belum ada rumusannya terhadap orang yang menyebarkan dakwah secara pura-pura, menyinggung perasaan orang dan mengkafir-kafirkan," tegasnya.
Ia menengarai ada upaya kelompok lain yang ingin selalu memprovokasi NU agar orang-orang NU melakukan kekerasan. "Maka harus kita hadapi dengan dialog dan memperkuat pengetahuan kita tentang dalil-dalil agama yang kuat untuk menghadapi mereka," ungkapnya.
Kegiatan PPWK ini berlangsung mulai Jumat-Ahad (20-22/3) dan diikuti 45 peserta dari kalangan kiai muda pengasuh pesantren se-Kabupaten Kudus. Selain H As'ad Said Ali (Wakil Ketum PBNU), turut hadir sebagai narasumber H. Abdul Ghafur Maimun (Pengasuh Pesantren Sarang, Rembang), H. Abudl Mun'im DZ (Wakil Sekjen PBNU), H Abu Hafsin (ketua PWNU Jateng), serta dari tim PP Lakpesdam NU, yakni Yahya Ma'shum, Marzuki Wahid, dan Ahmad Baso. (Qomarul Adib/Mahbib)