Jakarta, NU Online
H. Mahbub Djunaidi aktif di NU sejak masih pelajar dengan menjadi anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Kemudian menjadi Ketua Uuum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pertama, kedua dan ketiga. Ia juga pernah aktif di GP Ansor. Ketika umurnya makin matang, ia menjadi pengurus PBNU. Sampai wafatnya ia adalah Mustasyar PBNU.
Menurut pengakuan anak-anaknya, Mahbub yang dikenal orang sebagai "Pendekar Pena" itu memang tidak pernah menjelaskan apa itu NU, tapi mengajak ke kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan NU.
“Dulu pernah diajak main ke PBNU,” kata Yuri Mahatma, salah seorang anaknya di sela Haul H. Mahbub Djunaidi ke-22 bertajuk "Jazz dan Esai-esai H. Mahbub Djunaidi" yang digelar Omah Aksoro dan PMII UNUSIA di lapangan parkir UNISIA, Jakarta, Kamis (5/10) malam.
Yuri mengaku pernah diajak ke pantai utara dalam misi penggembosan Partai Persatuan Pembangunan ketika dipimpin Naro yang diduga didesain penguasa Orde Baru. Waktu itu, NU sebagai pemilik massa terbanyak malah tersisihkan.
“Saya diajak ke kantong-kantong NU di Jawa Timur. Sampai saat itu saya tidak tahu bahwa dia itu tokoh dan banyak dikenal orang. Baru ketika diajak jalan, oh beneran. Hahaha. Saya SMP kelas 2, sekitar usia 14 tahun waktu itu,” kenang musisi jazz yang tinggal di Bali itu.
Mahbub Djunaidi menjelaskan kepada Yuri, yang tadinya NU dengan PPP sebegitu akurnya, akhirnya oleh Soeharto, Naro tiba-tiba masuk menjadi Ketua Umum PPP.
“Terus merasa NU disepak begitu...haha, Bapak marah. Akhirnya gerilya ke kantong-kantong NU supaya tak usah masuk PPP lagi. Tapi ya lucu juga ya, hahaha,” kenang pria yang dihadiahi buku 80 Hari Keliling Dunia karya Jules Verne oleh ayahnya saat ulang tahun kedelapan itu.
Anak Mahbub Djunaidi yang lain, Isfandiari juga pernah diajak keliling pesantren oleh ayahnya. Salah satu yang paling ingat adalah ke Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Asembagus, Situbondo yang dipimpin KH As’ad Syamsul Arifin. Mahbub memang memiliki hubungan yang erat dengan kiai itu.
Bahkan Isfan menyaksikan ayahnya mengajak Kiai As’ad untuk berkeliling ke pesantren NU di Bali. Tapi ketika hendak sampai di pesantren, Mahbub meminta Kiai As'ad mengubah niatnya.
“Udah jangan ke pesantren mulu, bosen. Kita ke pantai Kuta saja,” kenang Isfan yang vokalis band Jentre yang beraliran rock itu.
Pada saat itu, lanjut Isfan, akhirnya kiai kharismatik yang merupakan narahubung pendirian NU atara Syaikhona Cholil Bangkalan dengan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari itu mengikuti ajakan ayahnya. (Abdullah Alawi)