Beda Strategi Gus Dur, Gus Yahya, dan 5 Nahdliyin saat Berkunjung ke Israel
Selasa, 16 Juli 2024 | 16:14 WIB
Ketum PBNU Gus Yahya dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Selasa (16/7/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Kunjungan lima Nahdliyin ke Israel baru-baru ini menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan perbedaan antara kunjungan dirinya ke Israel dengan kunjungan yang dilakukan oleh kelima orang tersebut. Ia juga membandingkannya dengan kunjungan yang pernah dilakukan oleh Ketua Umum PBNU 1984-1999 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Dari segi status, kunjungan Gus Dur dan Gus Yahya ke Israel memiliki kemiripan. Namun, Gus Yahya menegaskan bahwa kunjungan dirinya itu bersifat pribadi dan ia pertanggungjawabkan sendiri secara langsung ke publik.
"Saya ke Israel atas nama pribadi dan saya mempertanggungjawabkan secara pribadi. Saya waktu ke sana tidak pernah menyebut NU, kecuali Gus Dur yang saya katakan sebagai guru saya dan inspirator saya. Segala sesuatunya saya tanggung jawabkan secara pribadi," ujar Gus Yahya dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024).
Namun, Gus Yahya menyebut terdapat perbedaan signifikan dalam pendekatan strategis yang dilakukan oleh Gus Dur sebelum dan sesudah kunjungannya. Ia menyebut bahwa Gus Dur melakukan konsolidasi dengan para kiai sebelum berkunjung ke Israel.
"Gus Dur sebelum melakukan engagement ke Israel, beliau melakukan konsolidasi dulu. Beliau datang ke kiai-kiai untuk berbicara mengenai masalah ini, upaya, peluang, dan hal yang bisa dilakukan sehingga kiai-kiai itu merestui keberangkatan beliau," jelas Gus Yahya.
Setelah kembali dari Israel, Gus Dur juga selalu berbicara kembali kepada para kiai untuk melaporkan hasil kunjungannya. Gus Yahya juga melakukan hal yang sama, sebelum dan setelah kunjungannya ke Israel.
"Sebelum berangkat, saya sudah sowan ke sana kemari, bahkan saya memberi syarat kepada yang mengundang bahwa saya ingin bertemu dengan kiai saya. Saya juga mengajak seorang tokoh Yahudi untuk bertemu KH Maimoen Zubair dan berdialog lama sekali sampai 4 jam bersama KH Mustofa Bisri," jelasnya.
Selain itu, Gus Yahya menemui beberapa tokoh penting seperti KH Ma'ruf Amin sebagai Rais Aam PBNU kala itu dan KH Said Aqil Siroj sebagai Ketua Umum PBNU saat itu, serta memastikan bahwa kunjungannya dilakukan atas nama pribadi.
"Saat pulang, saya juga lapor ke publik dan saya pertanggungjawabkan secara pribadi," tambahnya.
Perbedaan lain yang ditekankan oleh Gus Yahya adalah soal strategi manuver yang dilakukan selama kunjungan. Gus Dur datang ke Israel dengan engagement strategies yang jelas.
"Gus Dur tahu betul di sana isinya apa saja dan harus engage dengan siapa. Ini yang saya contoh. Saya bahkan melakukan konsolidasi lebih luas sampai ke Amerika dan Eropa sehingga engagement saya bukan hanya hadir untuk acara ini-itu, tetapi betul-betul engagement strategies dengan jaringan global yang signifikan. Maka, tidak bisa asal-asalan," tegas Gus Yahya.
Dalam konteks kunjungan lima Nahdliyin tersebut, Gus Yahya mengatakan bahwa mereka pergi atas nama pribadi dan harus bertanggung jawab secara pribadi pula.
"Ini urusan pribadi mereka, silakan tanggung jawabkan secara pribadi kepada publik. Seperti Gus Dur dulu mempertanggungjawabkan secara pribadi walaupun beliau ketua umum, saya sendiri juga mempertanggungjawabkan secara pribadi karena lembaga tidak terlibat dalam organisasi ini," tutupnya.