Biayai Keperluan Perang, Mantan Pelaku Teroris Akui Organisasi Radikal Sebar Kotak Amal
Kamis, 17 Desember 2020 | 09:30 WIB
Jakarta, NU Online
Seorang pelaku aksi terorisme berinisial M (32 tahun) ikut memberikan tanggapan perihal pernyataan Polisi yang menyebut organisasi radikal sebar kotak amal di minimarket untuk keperluan perang melawan yang dia anggap sebagai musuh yakni orang-orang yang dinilainya telah kafir seperti pemerintah, masyarakat Indonesia dan aparat kepolisian.
Kepada NU Online, M mengaku tidak kaget dengan pernyataan Polri tersebut sebab realitasnya kelompok organisasi radikal di Indonesia kerap melakukan penggalangan dana atas nama umat. Bahkan, saat dia bergabung dengan salah satu organisasi radikal itu, dia tidak diperbolehkan menghormati orang tuanya sendiri karena tidak sepaham dengan organisasinya itu.
“Sebagian dana-dana itu maupun sebagian besar atau sebagian yang lainnya itu dialokasikan untuk pembelian senjata atau untuk proses pengiriman personel seperti itu, dari satu wilayah ke wilayah lain,” ujar M, Kamis (17/12).
Saat memberikan kesaksian sebagai mantan teroris, dia mengaku menyesal telah bergabung dengan organisasi radikal. Sebab, hidupnya penuh dengan ancaman dan doktrin yang disampaikan oleh kelompok radikal tersebut banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.
“Saya menyesal dan saya bersyukur masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri saya dan keluarga,” ujarnya.
Baru-baru ini, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Awi Setiyono mengungkap bahwa jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) masih tetap eksis hingga saat ini lantaran memiliki dukungan finansial yang kuat. JI kata Polri, mendapatkan pendanaan dari sejumlah kotak amal yang tersebar di minimarket yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.
"Penyalahgunaan fungsi dana kotak amal yang kami temukan terletak di minimarket yang ada di beberapa wilayah di Indonesia," ucap dia.
Dana-dana tersebut digunakan oleh JI untuk operasi memberangkatkan para teroris ke Suriah dalam rangka pelatihan militer dan taktik teror. Bahkan digunakan untuk membayar gaji rutin para pimpinan Markaziyah JI.
"Serta pembelian persenjataan dan bahan peledak yang akan digunakan untuk amaliyah (jihad) organisasi JI," tuturnya.
Ungkapan Polisi ini seiring dengan ditangkapnya otak pelaku teroris oleh Tim Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 Antiteror, Taufik Bulaga (TB) di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton, Senin (23/11). Tokoh organisasi JI ini ditangkap setelah bertahun-tahun menjadi buronan aparat.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Fathoni Ahmad