Bocah SD di Sukabumi Tewas Diduga Dikeroyok Teman, Bagaimana Anak-anak Bisa Seberingas Itu?
Senin, 22 Mei 2023 | 22:16 WIB
Jakarta, NU Online
Seorang bocah kelas 2 SD di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia diduga karena dianiaya oleh teman dan kakak kelas.
Korban berinisial MH (9) meninggal di rumah sakit pada Sabtu (20/5/2023) diduga setelah dianiaya oleh 4 orang yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, kelas 4 SD. Bahkan ada yang masih di kelas 2 SD.
Sebelumnya, MH dikeroyok selama dua hari berturut-turut 15-16 Mei 2023 di lingkungan sekolah.
Akibat penganiayaan itu, korban mengeluh dada dan punggungnya merasa sakit dan sesak napas. Awalnya, MH tidak mengaku bahwa sakit yang dialaminya itu akibat penganiayaan. Ia baru mengaku setelah dibujuk oleh dokter rumah sakit yang menanganinya.
Korban mengaku bahwa telah dianiaya oleh kakak kelas dan teman seangkatannya yang berjumlah empat orang.
Kejadian tersebut turut menjadi perhatian Psikolog dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Rakimin.
“Bercermin dari peristiwa tragis ini, diperlukan perhatian semua pihak, baik itu sekolah, lingkungan, terkhusus keluarga. Dibutuhkan peran pola asuh orang tua yang peduli dengan tumbuh kembang anaknya,” kata Rakimin kepada NU Online pada Senin (22/5/2023).
Menurutnya, pengeroyokan atau penganiayaan sesama anak bisa terjadi karena berbagai faktor, di antaranya faktor sekolah, lingkungan, dan keluarga.
“Faktor lingkungan bisa lantaran meniru perilaku teman yang kasar, melihat aksi tawuran ataupun perkelahian orang dewasa,” papar Dosen Psikologi Islam Unusia itu.
Sementara, pola asuh keluarga yang bisa menyebabkan anak melakukan tindakan penganiayaan, seperti melihat prilaku KDRT di rumah, membiarkan anak liar dalam pergaulan, atau mendapatkan kurang pengawasan orang tua.
“Saat ini banyak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan di depan anak, sehingga anak terkontaminasi secara emosional, temperamen, beringas, agresif, serta kasar tutur kata dan perilakunya. Anak yang tumbuh kembang dengan pola asuh seperti ini akan meniru dan mempraktikkan kepada orang lain,” jabarnya.
Faktor lain, lanjut Rakimin, bisa datang dari lingkungan sekolah yang tidak nyaman dan aman. Perhatian guru yang terbatas dan tidak adanya petugas keamanan atau satpam yang bisa mengawasi perilaku anak di lingkungan sekolah termasuk peer group (geng) di kalangan murid.
“Geng -gengan murid sering kali mengakibatkan tindak kekerasan atas nama kesetiakawanan satu dengan lainnya, sehingga cenderung ikut-ikutan,” ucap dia.
Pola asuh orang tua
Ia menilai, perilaku normal anak bergantung pada usia, kepribadian, dan perkembangan fisik serta emosionalnya. Hal ini dapat menjadi masalah apabila tidak sesuai dengan harapan keluarga.
“Secara keseluruhan, perilaku anak dapat bergantung pada lingkungan di sekitarnya dan dipengaruhi oleh sosial serta budaya. Peran orang tua juga tidak dapat luput untuk memengaruhi segala sikap anaknya,” katanya.
Di antara tips pola asuh orang tua yang penting diterapkan adalah:
- Orang tua memberikan contoh prilaku yang baik
- Membiasakan tutur kata yang lembut dan santun
- Orang tua menyayangi anak agar anak menyayangi orang lain
- Menghindari prilaku kasar dan KDRT dalam keluarga
- Membantu memilihkan teman yang baik
- Membuat peraturan dan sanksi
- Bersikap demokratis, toleransi dan bertanggung jawab kepada anak
- Ciptakan suasana rumah yang harmonis dan menyenangkan
- Sediakan waktu untuk mendengarkan suara hati anak
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin