KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama sahabatnya, Ni Wayan Gedong, perempuan Hindu Bali (kanan) yang aktif menggerakkan perdamaian dan mendorong dialog lintas iman. (Foto: gusdur.net)
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Bali KH Noor Hadi Al-Hafidz mengungkapkan cara KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengharmoniskan umat Islam dan Hindu di Pulau Dewata. Menurutnya, cara Gus Dur tersebut membuat masyarakat Bali sangat menghormati dan mengagumi sosok Presiden Ke-4 RI itu.
"Orang Bali bilang Gus Dur itu orang hebat, Bahasa Inggris juga pinter, Bahasa Arab juga pinter, dan sebagainya," ungkap Kiai Noor Hadi sebagaimana tayang dalam kanal Youtube NU Online bertajuk Kerajaan Denpasar sampai Kini Rutin Gelar Haul Gus Dur diakses Kamis (29/12/2022).
Diceritakan Kiai Noor Hadi, saat hubungan antarumat beragama di Pulau Dewata kurang harmonis, Gus Dur datang ke Bali. Setiap ada kunjungan ke Bali, Gus Dur tidak pernah menginjakkan kaki di kantor NU setempat. Ketua Umum PBNU 1984-1999 itu lebih memilih berkunjung ke kediaman raja-raja Bali dan 'menitipkan' umat Islam.
"Setiap datang ke sini, Gus Dur mesti datang ke tempatnya raja-raja, kemudian memanggil kita-kita datang ke tempat raja-raja. Dikenalkan oleh Gus Dur ini rais syuriyah, ini ketua tanfidziyah. Itu berlaku pada waktu Gus Dur di PBNU, Ketua Dewan Syuro PKB sampai jadi Presiden," kenangnya.
Cara Gus Dur tersebut, sambung Kiai asal Demak, Jawa Tengah itu, membuat masyarakat Bali khususnya raja-raja mengagumi Gus Dur dan akhirnya bisa menerima kehadiran umat Islam.
"Orang sini itu akhirnya 'saya menerima Islamnya Gus Dur', otomatis 'Islam Gus Dur' itu ya NU. Itu luar biasanya Gus Dur," jelasnya.
Ia juga mendorong kepada keluarga Gus Dur agar sowan (kunjungan silaturahim) ke kerajaan setiap ada kunjungan ke Bali. "Saya bilang ke Mbak Yenny teruskan tata caranya Gus Dur, kalau ke sini jangan ke umat Islam, (berkunjungnya) ke raja-raja itu," pintanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kekaguman warga Bali pada Gus Dur tidak hanya diucapkan lisan melainkan dibuktikan secara nyata, diantaranya ada sebagian warga yang membuat patung Gus Dur dan disembah.
"Saking kekaguman beliau pada Gus Dur. Kita yang 'menikmati' tata caranya Gus Dur itu," ucap Pengasuh Pesantren Raudlatul Hufadz Tabanan, Bali itu.
Saat Gus Dur wafat, kata Kiai Noor Hadi, kerajaan Denpasar menyiapkan 8 armada bus untuk ziarah. Bukan hanya itu, setiap tahun pihak kerajaan selalu mengadakan peringatan haul Gus Dur.
"Sampai sekarang setiap haulnya Gus Dur, dia (Raja Denpasar) mengadakan acara di kerajaan, dipanggil kita-kita semuanya, kemudian dipanggil tukang masaknya apa yang perlu dimasak untuk orang Islam. Sampai sekarang haulnya Gus Dur diperingati di tempatnya kerajaan," beber santri Mbah Arwani Kudus itu.
Raja Bali membantu Umat Islam
Gus Dur berhasil mengharmoniskan umat Islam di Bali dengan warga setempat, khususnya raja-raja. Syiar Islam pun mendapat perhatian dari kerajaan, hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah bantuan yang diterima oleh umat Islam di sana.
"Dia (Raja Denpasar) ngasih tanah untuk masjid, bertanggung jawab renovasi masjid. Kerajaan Tabana juga sama ngasih tanah untuk masjid. Banyak tanah masjid yang dikasih oleh kerajaan karena simpatinya pada umat Islam," ungkapnya.
Ia kemudian menceritakan bahwa simpati kerajaan pada umat Islam di Bali jadi merosot sejak terjadinya kasus Bom Bali, bahkan ada kesulitan untuk membangun kembali kerukunan antar umat beragama.
"Rusaknya ya gara-gara Bom Bali, jadi rusak tatanan kehidupan kerukunan antar beragama itu," tambahnya.
Namun demikian, hingga saat ini Kiai Noor Hadi bersama sejumlah tokoh tetap menjalin hubungan baik dengan pihak kerajaan, tujuannya tiada lain untuk menjaga keharmonisan antar umat beragama.
Suatu hari, warga di sana komplain dengan adanya takbir keliling karena Bali daerah pariwisata yang harus dijaga stabilitasnya. Saat itu Kiai Noor Hadi bertemu dengan pihak kerajaan dan menjelaskan cara agar umat Islam tidak menggelar takbir keliling.
"Jadi kalau ingin Allahu Akbar-nya nggak jalan-jalan gampang, bikin aja tempat yang luas supaya Allahu Akbar-nya di tempat itu. Akhirnya masjid semakin luas, beli tanah sebelahnya-sebelahnya itu," imbuhnya.
Kiai Noor Hadi pun merasa kehilangan karena belum ada sosok mirip Gus Dur yang mampu mengharmoniskan antar umat beragama di Bali.
Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Kendi Setiawan