Cegah Konflik Keagamaan Tak Meluas, Media Harus Jadi Jembatan Informasi Publik
Sabtu, 10 Juni 2023 | 18:00 WIB
Hermin Y. Kleden, jurnalis senior Tempo dalam Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan: Politik, Media, dan Konflik Agama di di Redtop Hotel, Jakarta Pusat, Sabtu (10/6/2023). (Foto: Dok. Islami Fest 2023)
Jakarta, NU Online
Bagaimana kerja media memotret konflik? Hermin Y. Kleden, jurnalis senior Tempo menjelaskan bahwa seharusnya media alternatif bisa membangun narasi yang toleran dan inklusif khususnya dalam memberitakan konflik keagamaan.
Hal itu diungkapkannya dalam Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan: Politik, Media, dan Konflik Agama yang digelar Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Kementerian Agama bareng Unicef dan Kemendikbud di Redtop Hotel, Jakarta Pusat, pada Jumat (9/6/2023).
“Media seharusnya menjadi jembatan informasi bagi publik, memudahkan publik untuk mendapatkan informasi yang baik,” jelasnya.
Hermien menegaskan bahwa media harus bertanggung jawab dalam menjalankan tugas sebagai penjernih informasi, terlebih akibat tren adu kecepatan yang menyebabkan banjir informasi.
“Tantangan kita (media) saat in adalah bagaimana menawarkan cerita yang harus diceritakan, tetapi sulit diceritakan. Seperti konflik keagamaan hari ini. Jurnalis harus dapat menulis secara jernih, menguraikan konflik dengan baik, dan membingkainya secara sensitif,” lanjut Hermin
Senada dengan Hermin, jurnalis senior Zaky Amrullah dari BTV menyebut sulitnya melaporkan konflik keagamaan di Indonesia karena harus berdamai dengan industri.
Maka dari itu, kata jurnalis yang lama bergelut di industri televisi itu, ia menyebut realitas industri media ini berhadapan dengan “prosumer” yakni ketika masyarakat, melalui media sosial, bukan lagi menjadi konsumen, tetapi juga telah menjadi produsen informasi,.
“Artinya media bukan lagi menjadi satu-satunya pihak yang berkontribusi dalam memberikan dan menyebarkan informasi,” jelasnya.
Alvin Nur Choironi dari Islami.co menambahkan, dalam memberitakan konflik keagamaan, media sebaiknya tidak hanya fokus pada konflik yang sedang terjadi.
“(media) harus bisa memberikan narasi alternatif, bukan soal bagaimana konflik terjadi, tapi mengedukasi terkait konflik itu sendiri agar tidak semakin tereskalasi,” terangnya.
Dialog ini sendiri merupakan bagian utama dari Islami Fest 2023 di hari pertama yang menghadirkan sejumlah media di Indonesia, serta sejumlah Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama daerah, mulai dari NTT sampai Jawa Tengah.
Acara Dialog Nasional digelar dua hari, yakni 9-10 Juni 2023 di Hotel Redtop, Pacenongan Jakarta Pusat. Islami Fest 2023 menghadirkan sejumlah diskusi pakar mulai dari Prof. Quraish Shihab sampai nantinya ditutup dengan closing remarks dari Menteri Agama H. Yaqut C. Qoumas.
Editor: Muhammad Faizin