Jakarta, NU Online
Dakwah di media sosial harus disampaikan secara singkat dan padat. Hal ini disampaikan oleh Habib Husein Ja’far al-Hadar dalam Pelatihan Dai Milenial yang digelar oleh NU Online dan INFID pada Kamis (6/8).
Ia menceritakan soal konten-kontennya di Youtube yang rata-rata ditonton tiga hingga empat menit. Padahal, durasi setiap konten rata-rata sekitar 20 menit.
Tidak cukup dengan singkat dan padat, dakwah di media sosial juga harus bisa memunculkan kutipan pendek yang menarik dan mendalam. Hal ini lebih mengena di hati warganet. “Dakwah di media sosial itu samudera quote. Quote sangat deep (dalam) dan powerfull,” katanya.
Ia memberi contoh Gus Miftah yang kerap kali melahirkan kutipan pendek di setiap konten di Instagramnya. Dengan kutipan tersebut, jelasnya, orang akan lebih banyak membagikannya. Ia pernah membandingkan tulisan pendeknya mengenai musik yang halal dan haram lebih banyak dibagikan ketimbang tulisan seorang akademisi yang cukup komprehensif.
Banyaknya platform media sosial yang digunakan oleh warganet dengan masing-masing keunikannya juga harus dipahami oleh dai jika hendak menyampaikan dakwahnya di platform tersebut. “Harus mengerti karakter media sosial,” katanya.
Instagram, misalnya, yang memiliki kekuatan pada gambar. Tentunya, persoalan keterangan gambar tidak menjadi hal utama dalam platform ini. Berbeda dengan Facebook yang dapat memiliki kelebihan pada ruang teks yang cukup panjang. Lain juga dengan Twitter yang menekankan pada sisi quote, teks yang pendek.
Berbeda dengan Habib Husein, Komedian Tunggal Sakdiyah Ma’ruf justru mengatakan bahwa dai sudah harus mulai berdakwah secara lintas platform. Dengan konten yang singkat tersebut memungkinkan lintas media bisa dilakukan.
Ia memberi contoh komedian tunggal asal Indonesia Bintang Emon dan komedian asal Amerika Serikat Sarah Cooper. Keduanya membuat satu konten dengan durasi satu menit mampu menjangkau jutaan penonton dan tersebar di berbagai platform. Bagi dua komedian itu, kata Sakdiyah, sudah tidak lagi penting soal perbedaan antar-platform media sosial.
“Tantangannya saat ini adalah membuat konten yang crossplatform. Tidak lagi memahami satu persatu platform. Satu konten yang bisa sesuai untuk semua platform,” katanya.
Sakdiyah mengaku pernah membuat konten sekitar delapan menit. Menurut rekannya yang menonton videonya, isinya sangat menarik dan bagus. Tetapi, ia meminta agar konten tersebut dipotong-potong menjadi satu menitan.
“Masa depan konten itu ya kebutuhan lintas platform dan waktunya yang semakin sempit,” pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad