Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Pandemi Covid-19 masih belum usai. Korban malah kian bertambah. Beragam aktivitas pun dilakukan secara daring. Masyarakat lebih banyak berkegiatan di rumah. Problem-problem baru pun bermunculan.
Komunikasi yang baik menjadi satu solusi untuk meminimalkan potensi masalah. Hal ini paling tidak atau miniminal dilakukan dengan banyak mendengar.
"Caranya dengan lebih banyak aktif mendengar," kata Sulistio, trainer, pada Webinar Komunikasi yang digelar oleh Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (YKMNU), Sabtu (25/7).
Pada webinar tersebut, digelar suatu simulasi yang diperankan oleh dua anggota Muslimat. Satu orang tampak bercerita kerepotannya yang luar biasa karena bukan saja mengurusi aktivitas rumah tangga, tetapi juga harus menyiapkan sekolah daring anak-anaknya, ditambah dengan urusannya di organisasi. Belum lagi soal pekerjaannya.
Sementara di pihak lain, seorang ibu yang secara usia lebih tua, menimpali dengan beragam kalimat nasihat. Bahkan, ia berupaya memotong curhatan mitra tuturnya itu. Ia juga mengapresiasi dirinya yang lebih tua, mampu melaksanakan tugas dengan baik, sehingga dengan begitu ia berbicara mestinya yang lebih muda juga bisa lebih baik.
Simulasi demikian direspon peserta sebagai sesuatu yang tidak baik. Sebab, terkadang, orang hanya menginginkan apa yang sedang dialaminya itu didengarkan saja. Ia tidak membutuhkan solusi, nasihat, dan semacamnya.
Karenanya, Sulistyo menegaskan bahwa perlu menjadi pendengar yang baik dalam kondisi tersebut. Jika pun perlu memberikan tanggapan, ia menyarankan agar menggunakan kalimat sederhana, mengapresiasi mitra tuturnya, atau memberikan pengakuan terhadapnya.
Mendengar di sini, jelasnya, bukan sekadar menyimak apa yang dibicarakan oleh mitra tuturnya, tetapi mendengar untuk memahami atau bahkan memberikan respon yang baik. Bukan malah mendengar diri sendiri sehingga memotong pembicaraan orang lain.
Sebab, lanjutnya, miskomunikasi bukan terjadi karena keterampilan berbicara yang kurang, tetapi keterampilan memahami yang tidak cukup.
Oleh karena itu, Sulistio menegaskan agar saat berkomunikasi dengan orang lain pantang memotong pembicaraannya, menghakimi, atau bahkan menyalahkan.
Karenanya, Ketua YKMNU Nyai Hj Endang Sulistinah Umar Wahid saat memberikan sambutan di pembukaan menyampaikan bahwa kegiatan ini digelar mengingat potensi miskomunikasi yang tinggi di saat pandemi seperti ini.
Sementara itu, Pembina YKMNU Nyai Hj Mahfudhah Ali Ubaid berharap agar webinar ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota Muslimat NU karena hadirnya pengetahuan baru. Dengan ketambahan ilmu baru, para anggota Muslimat diharapkan dapat lebih matang dalam berkomunikasi.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua