Jakarta, NU Online
Nama Yohanis Gama Marschal kini ramai di media sosial. Anak laki-laki yang duduk di kelas 9 SMP Negeri Silawan NTT ini terkenal karena kenekatannya memanjat tiang bendera setinggi puluhan meter untuk memperbaiki tali bendera yang tersangkut diujung tiang.
Aksi berani ini bermula saat acara peringatan kemerdekaan di kawasan perbatasan Indonesia-Timor Leste, tepatnya di Motaain, Seda Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Belu, NTT terancam gagal, karena tali bendera tersangkut dan tak dapat digunakan menarik bendera ke ujung tiang.
Tanpa dikomando, Yohanis Gama Marschal mengajukan diri untuk memanjat tiang bendera. Tak butuh waktu lama, Yohanis yang berperawakan kurus dan berkulit gelap ini segera sampai di puncak tiang dan memperbaiki tali yang tersangkut. Sontak ratusan orang yang mengikuti upacara bertepuk tangan memberi apresiasi pada bocah berseragam putih-biru ini.
Sambutan hangat juga datang dari salah satu jajaran Ketua PBNU, Robikin Emhas. Ia menyebut aksi Yohanis sebagai aksi itu sebagai aksi hebat dan cekatan. “Salut. Tanpa komando dan perintah, dengan cekatan naik ke puncak tiang bendera membenahi tali yang bermasalah demi berkibarnya sang Merah Putih,” kata Robikin kepada NU Online, Jumat (17/8).
Aksi patriotik itu, kata Robikin, semestinya membuat kita merefleksikan diri apakah kita memiliki sikap sepatriotik Yohanis Gama Marschal yang tanpa ragu mengambil sikap demi NKRI. “Layak sekiranya kita bertanya pada diri sendiri: di usia dan basis sosial kehidupan kita, sudahkah kita bersikap patriotik?” kata Robikin mempertanyakan.
Usai aksi berani itu, Yohanis Gama Marschal dipanggil ke podium untuk mendampingi Pembina Upacara Wakil Bupati Belu, JT. Ose Luan. Lepas upacara, Yohanis diajak berfoto bersama dengan pejabat setempat sebagai ungkapan kebanggaan atas keberaniannya.
Lain di NTT Lain pula di Bawean. Di Bawean, sejumlah kader NU yang terdiri dari Ansor, IPNU, IPPNU dan PMII Bawean merayakan kemerdekaan RI dengan cara yang tak kalah unik dengan mengibarkan bendera Merah Putih bersama dengan Bendera Nahdlatul Ulama di tengah Danau Kastoba Bawean.
Aksi ini cukup berat mengingat lokasi danau yang terbilang jauh dari pemukiman penduduk. Di samping itu, satu-satunya cara mencapai danau tersebut hanyalah dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan dengan jalan yang berbukit dan cukup terjal.
Salah seorang pengurus GP Ansor, Miftahul Huda mengatakan aksi ini diikuti oleh 100 peserta. Acara yang memakan waktu total selama dua hari ini ditutup dengan doa bersama secara hidmat sambil berharap di usia kemerdekaan yang ke-73 Indonesia akan berkembang menjadi sebuah negara lebih makmur. (Ahmad Rozali)