Nasional

Di Hadapan Praktisi Al-Qur'an, Menaker Bicara Nikmatnya Berislam di Indonesia

Rabu, 3 April 2019 | 18:00 WIB

Di Hadapan Praktisi Al-Qur'an, Menaker Bicara Nikmatnya Berislam di Indonesia

Para guru tahfidz Al-Quran foto bersama Menaker Hanif Dhakiri

Depok, NU Online
Menteri Ketenagakerjaan RI Muhammad Hanif Dhakiri mengungkapkan betapa nikmatnya hidup di Indonesia. Karena di negeri ini kita mendapatkan dua hal utama, yakni iman dan aman. Menaker membandingkan suasana itu dengan kondisi di Timur Tengah dan Eropa yang hanya mendapatkan salah satunya saja.

Menaker menyampaikan hal tersebut saat didaulat berbicara di hadapan ratusan peserta Pelatihan Tahfidz Al-Quran Bersanad Metode ILHAMQU (Jarimatika) yang diinisiasi pengurus Jam’iyyatul Qurro' Wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQH NU) Kota Depok, Rabu (3/4). Acara tersebut digelar di Aula lantai 2 Gedung PCNU Kota Depok, Jl Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat.

“Betapa nikmatnya hidup di Indonesia, karena mendapatkan iman sekaligus aman. Coba bandingkan dengan di Timur Tengah. Dapat iman, tetapi tidak dapat aman. Di Eropa dapat aman. Namun, tidak dapat iman. Maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan,” ujar Menaker disambut tempik sorak hadirin.

Menurut dia, di Indonesia kita banyak mendapatkan sesuatu yang sedang-sedang saja alias tengah-tengah. Mulai dalam hal beragama hingga terkait soal geografis dan cuaca. "Republik ini berada di garis khatulistiwa yang memiliki cuaca bagus. Yaitu panas yang tidak terlalu panas, dan dingin yang tidak terlalu dingin. Puasa juga tidak terlalu lama bila dibandingkan dengan negara lain. Di sini segala sesuatunya sedang-sedang saja alias tengah-tengah," tandasnya.

Dalam perbedaan, lanjut Menteri Hanif, keberagaman di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku seperti Batak, Jawa, Bali, Sunda, dan lainnya tidak saling berbenturan. Semua guyup dan rukun menikmati indahnya perbedaan.

“Indahnya lagi, dalam perbedaan suku, adat, budaya yang ada di Indonesia  juga sejalan dengan Islam. Yaitu Islam yang damai, moderat, dan rahmatan lil alamin. Kita bisa menjadi muslim taat tanpa mengurangi nilai budaya kita sebagai orang Jawa, sebagai orang Sunda, dan lain sebagainya. Kita masih tetap bisa menjadi orang Betawi dan seterusnya,” papar Menteri Hanif. 

Di hadapan para praktisi Al-Quran, dirinya berpesan agar menata niat dalam menghafal Al-Qur'an. Ia menambahkan, barangsiapa yang sudah berniat menghafal Al-Quran maka sudah mendapat pahalanya penghafal. Meskipun dalam perjalanannya ternyata meninggal belum sampai hafal. Maka, orang tersebut mendapatkan pahala seperti para hafidz karena niatnya.

“Kondisi ini sama halnya pada orang yang sudah berniat ibadah haji. Namun, dalam perjalanannya keduluan meninggal dunia. Maka, orang tersebut juga mendapat pahala karena niat awalnya,” ujar Menteri Hanif sembari mengutip kisah seorang sufi. 

Pantauan NU Online, ratusan peserta sangat antusias mengikuti pelatihan yang diisi oleh KH Luqman Hakim asal Cirebon ini. Acara yang dibuka sekitar pukul 9 pagi itu dihadiri Kepala Polresta Depok dan para pengurus NU Kota Depok. Dilaporkan, acara tersebut diikuti sedikitnya 250 orang guru Tahfidz Al-Quran mulai tingkat TK, TPQ, SDIT, madrasah, hingga pesantren se-Jabodetabek. (Aan Humaidi/Musthofa Asrori)


Terkait