Digitalisasi hanya Sarana bukan Mengubah Tata Nilai Kehidupan Pesantren
Kamis, 1 September 2022 | 02:00 WIB
Cianjur, NU Online
Pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Husnul Qodim mengatakan, saat ini santri tengah dihadapkan pada era disrupsi masyarakat global. Di era disrupsi ini kehidupan pesantren bergantung pada tatanan nilai atau dasar-dasar yang masih berlangsung.
Namun pertanyaan besarnya, apakah dalam konteks mempelajari skill atau aspek yang terkait dengan literasi digital santri masih mampu mempertahankan khazanah intelektual, sikap otentik, dan budaya yang ada di pesantren?
"Saya kira pesantren sudah banyak terjadi dinamisasi di era digital. Namun, digitalisasi hanya sarana bukan sampai mengubah tata nilai dalam kehidupan di dunia pesantren, contohnya pesantren virtual yang tidak bisa digantikan perannya dalam kehidupan masyarakat,” ungkap Husnul dalam kegiatan bertajuk Pesantren dan Ruang Digital Peran Santri di Era Disrupsi, Selasa (30/8/2022).
Husnul mengatakan, pesantren ratusan tahun lalu telah teruji eksistensinya dalam kehidupan masyarakat sehingga kebal dari berbagai upaya yang dapat mengubah fundamental atau khasanah pesantren. Bagaimanapun santri beradaptasi dengan literasi digital, tidak akan mendisrupsi pesantren.
“Kita hanya bagian dari proses dinamis yang itu sudah menjadi tuntutan dalam kehidupan global. Dalam konteks teknologi bagaimana kita memanfaakan teknologi bukan kita yang diombang-ambingkan oleh dunia teknologi,” ujarnya di Pondok Pesantren Al-Riyadh Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.
Pengawas Madrasah Kemenag Cianjur Jawa Barat Yaniyullah menambahkan, era disrupsi adalah sebuah era perubahan besar-besaran inovasi dan fundamental yang mengakibatkan perubahan sistem tatanan yang ada. Sehingga tidak bisa dihindarkan bahwa kehidupan sekarang dibantu dengan kemajuan teknologi yang kian pesat.
"Ada dua hal yang harus dilakukan santri menghadapi era digital ini, pertama disrupsi, ara santri harus menyesuaikan hal itu,” tuturnya.
Kedua, santri diharapkan mampu mengisi ruang digital secara bijak. Mengutip QS Yasin ayat 12 innâ naḫnu nuḫyil-mautâ wa naktubu mâ qaddamû wa âtsârahum, wa kulla syai'in aḫshainâhu fî imâmim mubîn. (Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kami-lah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Ayat ini, terangnya, menggambarkan sebuah tatanan kerja teknologi saat ini sehingga apa pun aktivitas yang dilakukan manusia secara tidak dilangsung rekam jejaknya tersimpan.
“Ini memberikan sebuah panduan kepada kita bahwa dalam memanfaatkan teknologi harus berhati-hati jejaknya kokoh. Kita menggunakan apa yang tercatat di ruang digital harus bisa memilah dan memfilternya,” tandasnya.
Untuk diketahui kegiatan ini digagas oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Fathoni Ahmad