Nasional

Dirikan Pesantren di Usia Muda, KH Hasyim Asy'ari Patut Diteladani Santri NU

Kamis, 28 September 2023 | 12:30 WIB

Dirikan Pesantren di Usia Muda, KH Hasyim Asy'ari Patut Diteladani Santri NU

Wasekjen PBNU H Nur Hidayat dalam acara Santri Fest yang digelar PP IPNU di Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Rabu (27/9/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Kisah pendiri NU Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari yang berhasil mendirikan pesantren di usia muda patut diteladani. Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Wasekjen PBNU) H Nur Hidayat mengajak para santri NU untuk meneladani kiprah Hadratussyekh.


Hal itu dikatakan Nur Hidayat sebagai upaya menyemangati para santri dalam acara Santri Fest yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Rabu (27/9/2023).


Ia mengatakan, Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober merupakan momen bersejarah. Sebab, pada tanggal itu di tahun 1945, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan Resolusi Jihad yang menyulut keberanian para santri dan pemuda untuk melawan penjajah sekaligus mempertahankan kemerdekaan.


Hadratussyekh Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dalam momen bersejarah itu. Nur Hidayat kemudian mengajak para santri untuk melihat sekilas potongan sejarah orang-orang penting di masa lalu, termasuk Rais Akbar NU itu.


Nur Hidayat mengungkapkan bahwa Hadratussyekh Hasyim Asy'ari lahir pada tahun 1871. Lalu pada 1899, kakek dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.


“Waktu itu usia beliau 28 tahun, sudah bikin pesantren dengan segala kapasitas keilmuan yang beliau miliki, dengan segala riyadhah yang beliau lakukan. Pesantren itu hari ini sudah berumur 124 tahun, tetap berdiri kokoh dan menyumbangkan ribuan alumni di seluruh pelosok negeri,” ungkapnya.


Tak hanya Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, Nur Hidayat pun menceritakan kehebatan KH A Wahid Hasyim yang juga memiliki kapasitas mumpuni. Sebab di usia muda, sudah bisa menjadi seorang Menteri Agama Republik Indonesia Serikat (RIS).


“Kiai Wahid umur 35 tahun jadi Menteri Agama, bukan sekadar karena beliau putra dari tokoh penting. Tapi memang karena kecerdasan dan kemampuannya, beliau turut membangun fondasi republik ini. Beliau juga memimpin organisasi yang cukup besar, pernah jadi Ketum PBNU (pada usia 37 tahun). Beliau wafat usia 39 tahun,” ucap Nur Hidayat.


Meski wafat di usia yang masih terbilang muda, Nur Hidayat mengatakan bahwa Kiai Wahid Hasyim memiliki karya yang sangat besar bagi negeri ini.


“Beliau juga pernah memimpin MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), yang berisi organisasi-organisasi Islam di Indonesia, dalam usia di bawah 40 tahun,” jelas Nur Hidayat.


Kemudian, Nur Hidayat mengajak para santri yang hadir dalam Santri Fest itu untuk bercermin diri. Jika masih ada banyak kekurangan, maka harus segera diperbaiki.


“Mari kita bercermin, kalau hari ini masih berusia 20 tahun, merasa belum berprestasi di tempatnya masing-masing, mari kita kejar ketertinggalan itu,” ajaknya.


Ia juga memberikan contoh lain yang juga inspiratif yakni Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas yang pernah berproses dan menjadi Ketua Umum PP IPNU.


Abdullah Azwar Anas pada usia yang masih sangat muda, yakni 24 tahun, pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari utusan golongan.


“Beliau (Azwar Anas) sukses dalam studinya tanpa harus melepaskan diri dari dinamika sosial yang ada di dalam kesehariannya. Maka mari ambil tanggung jawab sosial itu, tingkatkan keilmuannya secara pribadi, dan berjuang untuk masyarakat,” tegas Nur Hidayat.