Seminar literasi digital di Pondok Pesantren Al Marjan Mulabaru Cipanas Lebak, Banten, Selasa (23/8/2022).
Lebak, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), Hatim Gazali mengatakan ada dua modal yang harus dipegang santri di tengah percepatan industry teknologi 4.0 yang kian pesat dan sulit dibendung.
Dua modal itu yakni, struktur ilmu pengetahuan yang ada di pesantren dan sanad keilmuan. Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Dialektika Santri Menuju Peradaban Society 5.0 di Pondok Pesantren Al Marjan Mulabaru Cipanas Lebak, Banten, Selasa (23/8/2022).
Pertama, struktur ilmu pengetahuan yang ada di pesantren hal itu menjadi modal penting bagi santri dalam dunia literasi. “Saat ini santri dibekali ilmu terlebih dahulu sebelum terjun ke dalam teknologi informasi yang lebih masif,” ungkapnya.
Kedua, santri menurutnya ilmu yang memiliki sanad. Dalam konteks literasi digital sanad dimaknai informasi yang jelas sumbernya. Jadi itu modal penting bagi santri di pesantren.
“Salah satu kekuatan di pesantren adalah sanad keilmuan. Ini yang tidak banyak ditemui di dunia umum. Saya berkecimpung ke sana ke mari tetapi orang itu modalnya hanya berdasarkan membaca tidak memiliki sanad keilmuan. Sanad keilmuan dalam konteks literasi digital itu adalah sanad informasi,” kata Dosen Sampoerna University itu.
Sementara itu, Aktivis Literasi Perempuan Nasional Wilda Tusururoh mengatakan era digital mempermudah dalam segala hal namun tetap ada ancaman konten negatif dan kejahatan siber.
"Literasi digital penting agar santri cerdas, tepat dalam menggunakan media digital. Terlebih pengguna internet saat ini berangkat dari usia anak-anak," jelasnya.
Ketua FKPT Banten, KH Amas Tadjuddin mengatakan literasi bukan sesuatu yang baru hal ini merujuk dari banyaknya karya ulama zaman dahulu yang mendunia. Ia mencontohkan sosok Syekh Nawawi Al Bantani ulama Jawa yang banyak memberikan sumbangsih berupa ratusan kitab.
“Itu semua dimulai dari membaca, memahami dan menulis. Para santri harus mengikuti keilmuan Syekh Nawawi yang rajin baca, menulis dan memahami itu yang disebut literasi. Tiga aspek ini penting untuk menumbuhkembangkan para santri dalam dunia literasi digital,” terangnya.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Fathoni Ahmad