Tawaran pertama datang dari Italia yang disampaikan melalui Duta Besar Federico Failla. Datang ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan didampingi Counsellor Mario Alberto Bartoli, Selasa (10/4), Failla menyatakan Italia sangat mengagumi NU, khususnya dalam sepak terjang mengatasi berbagi kasus redikalisme dan intoleransi antarumat beragama di Indonesia.
"Duta Besar Italia mengatakan negaranya sangat kagum dengan NU, salah satunya NU bisa menjadi penengah yang bagus untuk kasus gereja Ciketing beberapa saat lalu," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Rabu (11/4).
Ketertarikan Italia terhadap keberhasilan NU dalam membantu penyelesaian sejumlah kasus berlatarbelakang radikalisme dan intoleransi, juga menjadikan dipilihnya salah satu pengurus PBNU untuk menjadi pembicara dalam seminar internasinal di Jakarta tanggal 23 April mendatang.
"Tanggal 23 April Menteri Luar Negeri Italia akan ke Indonesia, jadi pembicara di seminar radikalisme. Nanti ada dari PBNU juga yang diundang sebagai pembicara," tambah Kiai Said.
Negara kedua yang menawarkan kerjasama adalah Austria, seiring kunjungan Duta Besar Andreas Karabaczek ke PBNU. Tidak hanya seputar masalah keagamaan, Austria menawarkan kerjasama yang lebih luas, antara lain pengembangan agrosbisnis.
"Kebetulan Austria dikenal memiliki agrobisnis yang sangat baik," tegas Kiai Said.
Tawaran kerjasama untuk NU juga disampaikan oleh Somalia yang disampaikan Duta Besarnya untuk Indonesia, H. E. Mr. Mohamud Olow Barow. Kepada Kiai Said Mr. Muhamud menyampaaikan jika negaranya memiliki sejumlah kesamaan dengan Indonesia, sehingga kerjasama diharapkan akan bisa dijalankan dengan baik.
"Somalia sekarang juga menghadapi masuknya aliran Islam keras seperti wahabi. Mereka sendiri sudah mengambil langkah untuk mengatasi, tapi nanti tetap akan mengundang saya untuk menyampaikan pandangan, bagaimana mengatasi wahabi dan aliran Islam keras lainnya," urai Kiai Said.
Di luar bidang keagamaan, lanjut Kiai Said, Somalia juga meminta bantuan NU agar disampaikan ke Pemerintah RI terkait tawaran kerjasama bidang ekonomi. Selama ini Indonesia dinilai belum memiliki jalinan kerjasama yang baik dengan Somalia. "Padahal mereka memiliki potensi alam yang hampir sama dengan Indonesia. Minyak ada, gas ada, bahkan emas juga sangat melimpah di sana," ujarnya.
Negara terakhir yang menawarkan kerjasama dengan NU adalah Irak, khususnya di bidang pengembangan organisasi. Duta Besar Irak untuk Indonesia HE Dr Ismieal Shafiq Muhsin mengatakan, yang saat ini tengah memulai kehidupan bernegara secara demokratis, mengaku membutuhkan banyak masukan.
"Duta Besar Irak mengatakan negaranya sekarang sangat miskin, meski sudah bisa membangun demokrasi. Saya sampaikan juga itu tidak akan terjadi kalau di sebuah negara tumbuh organisasi. Nah atas dasar itu mereka akan mengundang saya untuk sharing, berbagi masukan," tuntas Kiai Said.
Penulis: Emha Nabil Haroen