Epidemiolog Jelaskan Manfaat dan Efek Samping Vaksin Covid-19
Selasa, 12 Januari 2021 | 14:00 WIB
Epidemiolog yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Meskipun khasiat atau efikasi vaksin Covid-19 dari Sinovac yang dikeluarkan BPOM hanya 65 persen, karena sampelnya sangat kecil yang berjumlah 1620 orang dan uji klinis dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, tapi sesungguhnya adanya vaksin sangat memberikan manfaat yang besar.
Hal tersebut diungkapkan Epidemiolog yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif, dalam kesempatan wawancara langsung di Kantor NU Online, lantai 5 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, pada Selasa (12/1) sore.
“Tetap walaupun begitu saja (efikasinya hanya 65 persen), tapi manfaatnya besar sekali. Hitung-hitungannya kalau tidak ada vaksinasi kira-kira 8 juta orang bisa kena Covid-19, tapi kalau kita vaksin,a yang kena hanya 3 juta. Tetap masih ada benefitnya 5 juta,” jelas Syahrizal.
Ia melanjutkan bahwa orang-orang yang kelak disuntik vaksin dan kemudian terpapar Covid-19, gejala klinisnya pun pasti ringan. Menurutnya, tidak ada satu pun orang divaksin dan terkena Covid-19 yang bergejala sedang atau berat seperti sesak nafas.
“Tapi tetap saja benefit vaksinasi itu adalah tidak sakit atau kalaupun sakit gejalanya ringan kalau sudah divaksin. Vaksinasi itu pada dasarnya memberi manfaat dan aman. Jadi mari kita dukung vaksinasi ini,” jelasnya.
Efek samping vaksin Covid-19
Saat ditanya soal efek samping yang akan ditimbulkan dari vaksinasi, Syahrizal menegaskan bahwa tidak akan ada efek samping yang mengkhawatirkan. Sebab sebelum edar, vaksin sudah melewati uji klinis tahap satu dan dua.
“Yang namanya efek samping itu dilihat dari uji klinis satu, dua, dan tiga. Tidak ada vaksin yang boleh melewati fase uji klinis ketiga kalau ada efek samping yang mengkhawatirkan. Kabar soal efek samping yang menakutkan itu, semuanya hoaks. Omong kosong itu,” tegas Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) ini.
Sekalipun vaksinasi menimbulkan efek samping, tapi hanya ringan saja. Menurut Syahrizal, dalam pemberian vaksinasi terdapat KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Ia menegaskan, semua vaksinasi pasti memiliki efek samping sekalipun ringan.
“Sebab soal KIPI itu menjadi perhatian utama dalam program vaksinasi. Jadi kalau ada di bekas suntikan itu terasa nyeri dan bengkak, itu memang proses pembentukan sistem kekebalan,” jelas Syahrizal.
Jika vaksinasi menimbulkan demam, menurut Syahrizal, itu adalah hal wajar. Sebab tubuh yang dimasukkan antigen asing akan muncul reaksi demam. Di tempat bekas suntikan, misalnya, jika terasa nyeri itu juga hal wajar.
“Karena semua vaksinasi juga seperti itu lantaran yang disuntikkan adalah antigen (zat yang mampu menyebabkan sistem imun atau kekebalan tubuh). Bahan dasar vaksin saat ini sudah aman sekali dan berbeda dengan bahan dasar vaksin pada 20 tahun lalu yang menggunakan virus yang dilemahkan,” jelas Syahrizal.
“Virus yang dilemahkan ada keuntungan tapi banyak kerugian. (Tapi) sekarang sudah jarang dipakai. Nah Sinovac ini bahan virus yang paling konvensional, justru yang paling aman dari seluruh bahan, karena bahannya adalah virus yang dimatikan atau inactivated,” ujarnya.
Pemaparan yang disampaikan Syahrizal itu sejalan dengan argumentasi yang telah dinyatakan Ketua Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM) RI Penny K. Lukito, secara virtual, pada Senin (11/1) kemarin.
Disampaikan bahwa secara keseluruhan vaksin Covid-19 dari Sinovac aman dengan kejadian efek samping yang ditimbulkan ringan hingga sedang. Di antara efek samping itu adalah nyeri, iritasi, dan pembengkakan. Sementara efek samping sistemik yakni nyeri otot dan demam.
Lalu, pada frekuensi efek samping dengan derajat berat penerima vaksin akan merasakan sakit kepala, gangguan kulit, dan diare. Namun, efek samping ini dilaporkan hanya 0,1 persen atau 1 persen saja. Efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali.
Selain itu dijelaskan pula bahwa vaksin Covid-19 Sinovac menunjukkan perannya dalam membentuk antibodi dalam tubuh dan bisa menetralkan virus yang hinggap. Tak hanya itu, setelah dilakukan pemantauan selama 6 bulan, vaksin tersebut masih tetap memberikan dampak yang bagus untuk membentuk antibodi.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad