Begitu juga dengan negara-negara seperti Korea Selatan. Aktivitas di negeri ginseng tersebut sudah normal kembali. Taiwan juga sama. Negara di Pulau Formosa itu beberapa hari ini sudah tidak ditemukan kasus.
Negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Brunei Darussalam wabah telah selesai. Sedangkan Malaysia, Filipina wabah sudah terkendali. Begitu juga di Singapura yang baru-baru ini kabarnya sudah membuka penerbangan. Bagaimana dengan Republik Indonesia?
Menurut Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) dr Syahrizal Syarif mengatakan bahwa wabah Covid-19 di Indonesia masuk dalam kategori belum terkendali. Ia memprediksi wabah selesai pada bulan Juli 2020.
“Wabah kemungkinan berakhir bulan Juli 2020 tapi mungkin DKI Jakarta dulu, baru Jawa dan luar Jawa, rentang perbedaan berakhirnya bisa 1 bulan,” ungkap Syahrizal kepada NU Online, Rabu (14/5) di Jakarta.
Ia menuturkan, wabah berakhir jika dalam 28 hari tidak dilaporkan 1 pun kasus baru. Namun, PSBB bisa dilonggarkan jika dalam waktu lebih dari 14 hari kasus harian terus menurun.
Syahrizal menegaskan, beberapa negara selain menerapkan karantina wilayah secara nasional, di dalam wilayah karantina tersebut mereka juga menerapkan large-scale social restrictions atau PSBB yang ketat.
“Beberapa negara berhasil menurunkan angka kasus corona karena mereka melakukan PSBB yang ketat untuk semua wilayah (secara nasional),” ucapnya.
Sebab itu, menurutnya, kebijakan PSBB yang harus melalui izin pusat itu harus dihilangkan untuk wilayah-wilayah yang jelas-jelas berstatus zona merah.
“Langsung saja semua wilayah zona merah harus PSBB. Soal pemerintah daerah harus memberikan kompensasi dampak ekonominya, Pemda nanti bisa menyesuaikan sesuai kemampuan,” jelas Syharizal yang juga Ketua PBNU Bidang Kesehatan ini.
Dia menyatakan, PSBB yang ketat terbukti mencegah dan mengurangi penularan Covid-19 di berbagai negara. Pemerintah harus secepatnya menerapkan PSBB di semua wilayah zona merah.
“Supaya kasus bisa secepatnya mereda, mana ada orang yang ingin wabah ini lama-lama,” tegas Syahrizal yang juga menekankan kepada seluruh masyarakat agar patuh pada kebijakan pemerintah untuk kebaikan bersama.
Indonesia sempat mempunyai jumlah laporan tertinggi 24 April 2020 lalu, angkanya mencapai 430-an kasus. Kemudian tiga hari berturut-turut angka kasus turun. Namun, per 5 Mei 2020, kasus kembali meningkat di angka tertinggi yaitu 484.
Lonjakan angka tertinggi kembali terjadi pada Rabu (13/5/2020) kemarin yaitu di angka 689 kasus. Peningkatan kasus diprediksi akan terjadi karena banyaknya jumlah spesimen yang diperiksa.
Pewarta: Fathoni Ahmad