Nasional

GKMNU Raih Penghargaan atas Program Cegah Stunting dan Gerakan Orang Tua Asuh

Kamis, 13 November 2025 | 11:30 WIB

GKMNU Raih Penghargaan atas Program Cegah Stunting dan Gerakan Orang Tua Asuh

Ketua PBNU, Hj Alissa Wahid saat menerima penghargaan untuk GKMNU di ruang Auditorium J. Leimena gedung Adhyatma lantai 2 Kementerian Kesehatan, Rabu (12/11/2025).

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama menerima penghargaan terbaik untuk kategori organisasi masyarakat melalui GKMNU atas keberhasilan menjalankan dua program unggulan, yakni Cegah Stunting dalam Perspektif Agama dan Gerakan Orang Tua Asuh untuk Pencegahan Stunting.


Penghargaan ini diberikan dalam kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Percepat Penurunan Stunting (Rakornas TPPS) yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka bertempat di ruang Auditorium J. Leimena gedung Adhyatma lantai 2 Kementerian Kesehatan, Rabu (12/11/2025).


Penghargaan yang sama juga diberikan kepada sejumlah pihak dari berbagai unsur kemitraan pentahelix yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan organisasi masyarakat.


Ketua PBNU Bidang Kesejahteraan Rakyat, Hj Alissa Wahid mengatakan program cegah stunting dalam perspektif agama sudah berjalan dua tahun. Lalu mulai diekspansi ke gerakan orang tua asuh.


"Dengan penghargaan ini artinya pemerintah sudah melihat manfaat dan kualitas dari programnya," kata Alissa Wahid ditemui NU Online di Kediaman Gus Dur Ciganjur.


Program Cegah Stunting dalam Perspektif Agama dinilai berhasil karena berbasis masyarakat, mengedepankan pendekatan agama, dan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat desa.


"Kita tidak hanya memberi makanan tambahan, seminar, atau penyuluhan. Tapi kita siapkan para pelaku di tingkat desa," ujar Alissa.


GKMNU melatih kader-kader posyandu agar mampu memberikan pendidikan masyarakat yang efektif, termasuk cara mengingatkan warga untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.


Selain itu, GKMNU juga menggandeng tokoh agama, tokoh masyarakat, perangkat desa, pendamping PKH, hingga pendamping desa untuk berkolaborasi dalam gerakan pencegahan stunting.


"Mereka jadi paham pendekatan agama, agama mengajarkan apa sehingga stunting harus dihindarkan. Lalu mereka melakukan itu di ruangnya masing-masing," jelasnya.


Pendekatan budaya juga diterapkan, di antaranya melalui lomba drama bertema stunting yang melibatkan warga desa. Kegiatan itu bahkan berkembang menjadi semacam festival rakyat yang diisi dengan panggung, penyuluhan kesehatan, dan berbagai kegiatan edukatif.


"Stunting tidak lagi dianggap sebagai momok, tapi jadi sesuatu yang menyenangkan untuk dipelajari bersama. Bahkan ada kelompok seni yang hidup lagi setelah itu,” kata Alissa.


Selain menyasar masyarakat desa, GKMNU juga melibatkan anak-anak muda melalui pendekatan peer educator atau pendidikan sebaya, bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).


"Mereka semangat kampanye, bikin akun Instagram, ngomongin terus tentang pencegahan stunting,” tambahnya.


Program ini dinilai berhasil menggerakkan masyarakat ini mendapat perhatian Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penanggung jawab program pencegahan stunting di Indonesia.


Ke depan, GKMNU berencana memperluas jangkauan program ke banyak daerah. Desa yang tersentuh masih sedikit hanya memilih beberapa kabupaten dengan angka stunting tinggi seperti Batu, Cianjur, dan Bandung Barat.


"Harapan kami, GKMNU bisa memperluas itu. Modulnya sudah ada, trainer-nya juga sudah siap," ujar Alissa.


Saat ini, GKMNU memiliki sekitar 30 fasilitator tingkat nasional yang terdiri dari instruktur keluarga maslahah LKKNU, kader posyandu, serta fasilitator dari Fatayat, IPNU, dan IPPNU.


"Kita kerja ramai-ramai dengan Muslimat. Moga-moga gerakannya bisa terus diperluas," Alissa memungkasi.