Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Adung Abdul Rochman berpendapat, soal bendera Merah Putih, ada keterkaitan antara Bengkulu dan Sulawesi Tengah, yaitu melalui sosok Fatmawati dan Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau dikenal Guru Tua.
Hal itu diungkapkan Adung saat mengomentari 1.945 orang yang menjahit bendera Merah Putih di halaman rumah istri Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Soekarno, di Kota Bengkulu, Ahad (30/9). Kegiatan itu sebagai salah satu rangkaian dari Kirab Satu Negeri di zona Sumatera.
“Ada keterkaitan erat antara Bengkulu dengan Sulawesi Tengah. Ibu Fatmawati yang asal Bengkulu adalah penjahit pertama Bendera Merah Putih, sementara Guru Tua yang dimakamkan di Sulawesi Tengah adalah ulama yang membuat syair setiap bangsa memiliki bendera kebanggaan. Dan bendera kebanggaan kami adalah Merah Putih,” jelasnya.
Ia mengaitkan Bengkulu dengan Sulawesi Tengah karena pada Kirab Satu Negeri di Bengkulu, GP ANsor melakukan doa bersama untuk keselamatan negeri, salah satunya untuk Palu, Donggala dan Sigi yang beberapa hari lalu ditimpa musibah gempa.
Bahkan, kata dia, tim Kirab Satu Negeri dari Sulawesi Tengah di tengah kondisi bencana masih berusaha meneruskan estafet kirab ke Sulawesi Barat. Meski hanya tersisa satu bendera, tim berhasil sampai di perbatasan Donggala dengan Kecamatan Sarjo, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
"Semoga warga Palu, Donggala, Sigi, selalu diberi ketabahan, kekuatan Allah SWT dan segera dipulihkan segala masalah yang muncul akibat bencana," pungkas Adung.
Selain doa, GP Ansor juga menggalang bantuan untuk musibah di Sulawesi Tengah dengan mendirikan posko-posko. PW GP Ansor Sulawesi Selatan misalnya, Ahad pagi menyerahkan bantuan di posko penampungan LINUD Hasanuddin untuk didistribusian ke Palu lewat Pesawat Hercules Linud Hasanuddin.
Sementara GP Ansor Sulawesi Tengah membuka posko bencana Palu dan Donggala di Pondok Pesantren Tahfidz Baitul Izzah dengan Nomor Telp 081245020245. (Abdullah Alawi)