Makassar, NU Online
Ada yang berbeda di Auditorium KH Muhyiddin Zain Universitas Islam Makassar (UIM) pada Rabu pekan lalu. Perguruan tinggi Nahdlatul Ulama tersebut kedatangan dua tokoh sekaligus ulama besar, yaitu Prof M. Quraish Shihab dan Anregurutta Sanusi Baco.
Quraish Shihab merupakan Direktur Pusat Studi al-Qur'an yang juga pakar tafsir Al-Qur'an, sedangkan Gurutta Sanusi adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan yang juga Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulsel dan Mustasyar PBNU.
Keduanya dipertemukan dalam kegiatan Halaqah Nasional Radikalisme dan Wasathiyah dengan tema Membentuk Generasi Muslim Moderat di UIM. Quraish Shihab dan Gurutta Sanusi merupakan sahabat sejak dulu, keduanya bersama-sama menimba ilmu di negeri Piramida Mesir.
Pada kegiatan tersebut, keduanya banyak bernostalgia ketika masa mudanya. Gurutta Sanusi memulai pembicaraannya dengan bercerita tentang peran Quraish Shihab dalam pembangunan Universitas Islam Makassar (UIM).
Alumni Universitas Al Azhar Kairo Mesir tersebut menjelaskan bahwa Quraish Shihab banyak membantu pada masa awal berdirinya Kampus Al-Gazali yang merupakan cikal bakal dari UIM. Gedung Rektorat UIM merupakan bantuan yang didatangkan melalui beliau ketika menjabat sebagai Wakil Rektor di Institut Agama Islam Negeri Makassar.
Quraish Shihab pun bercerita, sejak dulu beliau bersahabat dengan Gurutta Sanusi, mereka berdua sama-sama belajar di Universitas Al-Azhar. Bahkan setelah pulang dari Mesir pun keduanya bersama-sama keliling berdakwah di Sulawesi Selatan.
Selain itu, penulis Tafsir Al-Misbah tersebut kagum dan memuji perkembangan UIM yang dulunya bernama Al-Gazali. Menurut Quraish, perkembangan pesat UIM yang dicapai saat ini tidak lepas dari keikhlasan para pendirinya, termasuk Gurutta Sanusi Baco.
Berbicara tentang Islam Moderat, keduanya pun punya pandangan yang sama. Gurutta Sanusi beranggapan bahwa pembinaan umat saat ini tidak bisa hanya bermodalkan semangat berapi-api, tetapi harus dibarengi dengan strategi, itulah yang disebut Wasathiyah atau moderat.
Prof Quraish pun megungkapkan bahwa radikalisme adalah buah dari ekstremisme, sedangkan akarnya adalah kurangnya pengetahuan seseorang dan juga karena emosi yang berebihan.
Kedua tokoh tersebut memang dikenal sebagai tokoh yang moderat dan mencerahkan. Nasihat-nasihatnya pun banyak menjadi rujukan saat ini. (Muh. Nur/Fathoni)