Gus Ali Masyhuri Sampaikan Rahasia Amal Sederhana Menjadi Bermakna
Rabu, 15 September 2021 | 06:00 WIB
Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Lebo Sidoarjo, Jawa Timur, KH Agoes Ali Masyhuri (Foto: Dok. istimewa)
Jakarta, NU Online
Ada sebuah hadits yang dikenal oleh umat Islam yang menyatakan Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan.
Pengasuh Pesantren Bumi Shalawat Lebo Sidoarjo, Jawa Timur, KH Agoes Ali Masyhuri menjelaskan banyak amal biasa menjadi bermakna karena dibungkus dengan niat yang tulus dan benar. Namun, banyak kewajiban menjadi sia-sia karena tidak dibarengi dengan niat yang tulus dan benar.
"Pandai-pandailah menata niat, karena bagusnya niat akan menemukan kualitas amal," kata Gus Ali, panggilan akrabnya, saat mengisi Istighotsah dan Doa Bersama yang diadakan Majelis Telkomsel Taqwa belum lama ini.
Tanda-tanda niat yang benar
Gus Ali menceritakan, dalam satu kesempatan seorang sufi besar pada zamannya, Dzun-Nun al-Mishri pernah ditanya oleh salah satu pengikut setianya. "Syekh, tanda seseorang mempunyai niat benar dalam beramal itu gimana?" cerita Gus Ali.
"Ternyata Dzun-Nun al-Mishri jawabnya cukup cerdas. Tanda seseorang mempunyai niat benar dalam beramal salah satu tidak malas. Bergerak maju bukan bergerak mundur, optimis bukan pesimis," tuturnya.
Tanda berikutnya dari seseorang punya niat beramal bila menemukan kesulitan, hambatan, senantiasa sabar, ulet, dan tahan banting. "Ketiga, tanda seseorang punya niat benar dalam beramal, bila beramal bergantungnya hanya kepada Allah bukan bergantungnya kepada selain Allah," ujarnya.
Menurut Gus Ali, adanya wabah Covid-19 yang menimpa termasuk masyarakat Indonesia, harus ditanggapi dengan cerdas yakni kesadaran bawah sebenarnya Allah sedang menyapa hamba-Nya.
Allah ingin mengetahui relung hati kita yang paling dalam. Wabah ini kita kembalinya kepada Allah atau kembali kepada selain Allah. Hasbunallah wa ni’mal waqil, cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong. Hasbunallah wa ni’mal waqil, ni’mal maula wa ni’mannasir," urainya.
Tanda keikhlasan
Selanjutnya, Gus Ali mengisahkan bahwa sang sufi ditanya lagi. Syekh, sedangkan tanda seseorang punya niat ikhlas dalam beramal bagaimana?
"Ini sedikit lebih tinggi tingkatannya. Dzun-Nun al-Mishri menjawab, Anda seseorang punya niat ikhlas dalam beramal. Satu pujian dan celaan manusia baginya sama saja, tetap konsisten. Kedua, tanda seseorang punya niat ikhlas dalam beramal, bila beramal yang dipandang adalah wajah keridhaan Allah, bukan pujian sesama manusia," kata Gus Ali.
Tanda ketiga orang punya niat ikhlas dalam beramal, bila melakukan amal pahalanya ingin bertemu di akhirat nanti. Mereka juga tidak terjebak pada kepentingan sesaat, tidak ada pencitraan.
"Hari ini banyak orang yang melakukan pencitraan. Di tengah tengah masyarakat ada yang menjerit, menangisi pandemi, banyak politisi-politisi kita memasang baliho besar-besaran," ia menyayangkan.
Gus Ali mengatakan bahwa dirinya tidak menyalahkan adanya fenomena tersebut. Akan tetapi, dirinya merespons alangkah indahnya uang baliho itu dibelikan sembako lalu dibagikan ke masyarakat. Menurut dia, jika mau berbagi kesejahteraan merupakan konsistensi keimanan seseorang dalam dimensi kemanusiaan.
Gus Ali mengaku sering menyampaikan seorang Muslim tidak cukup menunjukkan kesalehan hanya saat di masjid dan mushala. "Tapi setidaknya kita mampu tampil membawa saleh menuju saleh sosial di tengah masyarakat. Istilah Sayidina Ali, 'tariklah simpati orang lain tatkala anda masih hidup, usahakan orang lain meratap dan menangis bila Anda meninggal sewaktu-waktu'," ia mengingatkan.
Ia menyebutkan betapa pun perkasa manusia, tetaplah makhluk kecil tak berdaya di tengah-tengah jagad yang gampang berubah-berubah. "Maka doa tidak bisa ditinggalkan dan dipisahkan dengan usaha, harus kita padukan. Bergantunglah kepada Allah agar menjadi pribadi yang diselimuti keberkahan dan keselamatan," tegasnya.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori