Bandung, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Baha'udin Nur Salim (Gus Baha) mengemukakan tentang berkahnya menjadi orang pemalas. Hal itu disampaikan lewat Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Telkom University Bandung pada Kamis, (13/8) sore.
"Ketika kita ngaji tauhid, ngaji ciptaannya Allah. Kita mengetahui bahwa Allah menciptakan sesuatu itu pasti ada hikmahnya. Allah menciptakan manusia sebagai pemalas, itu juga bagus," terang Gus Baha.
Ia menjelaskan, bahwa orang pemalas ini bagus. Akan tetapi, jika dalam bab ibadah pemalas ini menjadi hal yang buruk. Karena mereka akan lalai terhadap kewajiban dalam beribadah.
"Tapi andaikata Anda ditakdirkan mempunyai kemampuan ahli nuklir, kemudian Anda tidak pemalas, setiap hari bikin nuklir. Dan nuklirnya dahsyat-dahsyat, pasti berbahaya," terangnya.
Gus Baha menambahkan, pertama mungkin hanya bisa menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Akan tetapi, suatu saat bisa menghancurkan Asia. Akhirnya, bikin yang menghancurkan seluruh dunia.
"Barokahnya pemalas, ngantor baca koran, ngantor ngerumpi. Sehingga yang bagian menangani nuklir ini tidak pintar-pintar banget. Bahaya kalau pintar banget, efeknya luar biasa," jelas Pengasuh Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini.
Gus Baha juga menerangkan kepada penanya dalam acara tersebut, terkait dengan pertanyaan mengenai ilmu itu membingungkan. "Agama itu mengatur, mengatur yang halal ya biar halal. Yang baik ya biar baik," jelasnya.
Ia memberikan contoh, bahwa ada orang ke Mars atau ke Bulan. Ini pintar dalam konteks menjelajah alam. Tapi apabila ini dilakukan ketika rakyat mereka dalam kondisi kelaparan, dan menghabiskan biaya untuk pergi ke Bulan. “Itu namanya bodoh apa pintar,” sergah Gus Baha.
"Membiarkan masyarakat kelaparan, tapi menggunakan anggaran untuk naik ke Bulan. Mereka bertujuan untuk mengetahui Bulan. Ini termasuk hal bodoh atau tidak? Saya juga bingung," katanya sambil berkelakar.
Kontributor : Aan Ainun Najib
Editor: Musthofa Asrori