Jakarta, NU Online
Dai Muda Nahdlatul Ulama KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) mendapatkan tiga rekor penghargaan sekaligus yang diberikan oleh Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid). Penganugerahan penghargaan ini diterimanya pada sebuah acara di Pesantren Ora Aji Sleman Yogyakarta yang diasuhnya, Sabtu (15/1/2022) malam.
Dikutip dari laman resmi Leprid, alumnus Pesantren Bustanul Ulum Jayasakti Lampung ini mendapatkan rekor yang cukup unik dan inspiratif dari kategori Religiusitas dan Sosial.
Pertama, Gus Miftah mendapatkan rekor atas prestasi lelang blangkon dengan harga mencapai Rp900 juta yang hasilnya diserahkan untuk koin Muktamar NU ke-34 di Lampung.
Kedua, Gus Miftah mendapat penghargaan sebagai ustaz yang gambarnya paling banyak di badan truk. Ketiga, Gus Miftah mendapatkan rekor sebagai ustaz pertama di dunia yang konsisten melakukan dakwah di lokalisasi sejak tahun 2000.
Penghargaan tiga rekor berupa medali dan piagam ini diserahkan langsung oleh Ketum dan Direktur Leprid Paulus Pangka kepada Gus Miftah.
Paulus Pangka mengungkapkan, perjalanan dakwah Gus Miftah dimulai saat usianya masih 21 tahun. Berbeda dari pendakwah lain, Gus Miftah fokus berdakwah bagi kaum marjinal, baik melalui dakwah di dalam maupun di luar pesantren.
“Meski awalnya banyak tantangan, tapi saat ini sejumlah pekerja dunia malam sudah menerima kehadirannya dan sejumlah jamaah meneteskan mata kemudian mulai mengubah perilakunya secara perlahan,” kata Paulus.
Atas penghargaan tersebut Gus Miftah menyampaikan terimakasih atas apresiasi yang diberikan oleh Leprid. Ia menyatakan bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidak diniatkan untuk mendapatkan apresiasi.
"Banyak orang menghina, mencaci, mem-bully tapi tidak ada masalah. Semuanya arruju'u ilallah, kembalikan kepada Allah," katanya pada acara yang dibarengkan dengan peresmian asrama putra pesantrennya tersebut.
Gus Miftah yang identik dengan kacamata hitam dalam berdakwah ini memang sosok yang nyentrik dalam berdakwah. Ia adalah sosok yang membimbing mentalis Deddy Cobuzier saat mengikrarkan dua kalimat syahadat saat memeluk Islam.
Sekitar tahun 2000-an, Gus Miftah mempunyai tekad yang kuat untuk berdakwah di Sarkem, kawasan lokalisasi di Yogyakarta. Tekad tersebut muncul ketika ia yang sering shalat tahajud di sebuah mushala sekitar Sarkem. Saat itu ia ditemani Gunardi atau Gun Jack sosok yang menjadi penguasa kawasan Sarkem saat itu.
Bermula aktivitas dakwah tersebut, kajian agama mulai rutin digelar oleh Gus Miftah. Meski awalnya banyak tantangan, tapi saat ini sejumlah pekerja dunia malam sudah menerima kehadirannya. Tidak jarang, ketika pengajian, sejumlah jamaah meneteskan air mata dan mulai sadar dan mengubah perilakunya secara perlahan.
Tak berhenti di lokalisasi, perjalanan dakwah Gus Miftah kemudian berlanjut ke kafe, klub malam dan salon plus-plus. Awalnya ia masuk lantaran mendapati keluh kesah para pekerja dunia malam yang kesulitan mendapat akses kajian agama.
Ketika hendak mengaji di luar mereka mengaku menjadi bahan gunjingan. Sebaliknya di tempat kerjanya tidak ada kajian agama yang bisa didapatkan.
Berbeda dengan dulu saat mendapat penolakan ketika hendak memberi kajian, kini banyak pekerja malam yang merasa butuh untuk mendapat pengajian.
Tidak jarang beberapa banyak pekerja malam kemudian berhijrah menjadi lebih baik. Sejak lima tahun terakhir langkahnya pun didukung oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan, Jawa Tengah.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Fathoni Ahmad