KH Salahuddin Wahid (kiri) dan KH Ahmad Mustofa Bisri (kanan). (Foto: tangkapan layar IG @ahmadmustofabisri)
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri menyampaikan kesaksiannya terhadap sosok KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) pada pemakamannya di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Senin (3/2).
Dalam pidatonya, kiai yang akrab disapa Gus Mus itu menyampaikan bahwa Gus Sholah merupakan pejuang yang ikhlas. “Semua kami yang merasa menjadi umat Indonesia hari ini merasa kehilangan, bukan hanya NU saja, kita kehilangan seorang pejuang yang mukhlis, yang ikhlas, merajut kebersamaan dengan sesama bangsa, dengan sesama umat,” katanya.
Gus Mus mengaku, dekat dengan tokoh yang pernah menjadi Komisioner Komnas HAM 2002 itu adalah sebuah keberkahan. “Saya alhamdulillah mendapat berkah, berkenalan dekat dengan beliau, beliau sangat ikhlas sekali,” katanya.
Menurutnya, Ikhlas merupakan karakter yang sangat sulit dicari. Tetapi hal tersebut ada pada diri Gus Sholah. “Sesuatu karakter yang sangat-sangat sulit dicari adalah keikhlasan untuk melakukan bukan hanya kepada agamanya, tetapi juga pada bangsa dan negaranya,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu juga mengatakan bahwa adik Gus Dur itu tokoh yang mendamba, menyuarakan, dan sekaligus mengupayakan persatuan.
“Beliau sangat mendambakan persatuan, mendambakan kita bangsa Indonesia tetap bersatu. Itu dilakukan bukan hanya dipidatokan oleh beliau. Beliau lakukan,” katanya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, terang Gus Mus, putra Kiai Wahid Hasyim itu merajut tali silaturahim ke mana-mana demi kepentingan persaudaraan lintas batas.
“Beliau silaturahim ke mana-mana untuk kepentingan ukhuwah, bukan hanya ukhuwah nahdliyah, bukan hanya ukuhuwah islamiyah, bukan hanya ukhuwah wathaniyah, tetapi ukhuwah insaniyah atau ukhuwah basyariyah,” jelasnya.
Karena perjuangan-perjuangan tersebut, Gus Mus mengingatkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak perlu cemas dengan kepulangan Gus Sholah menyusul keluarganya yang juga merupakan para pejuang tanah air. “Kita tidak perlu cemas beliau menyusul keluarganya pejuang-pejuang tanah air kita. Allah akan menerima beliau insyaallah dengan rahmat,” katanya yang langsung disambut amin oleh para pelayat.
Nahdlatul Ulama, katanya, kehilangan seorang tokoh yang betul-betul ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga, sampai detik terakhir memperjuangkan apa yang menjadi pikirannya, yaitu bagaimana keutuhan bangsa Indonesia.
“Kita lepas bapak bangsa ini dengan berdoa mudah-mudahan kita semua dapat mengikuti jejak-jejaknya mempunyai keikhlasan seperti beliau, kekokohan perjuangan seperti beliau untuk persatuan dan kesatuan kita semua,” pungkasnya yang langsung diiringi amin masyarakat yang memadati tempat peristirahatan terakhirnya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon