Rembang, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH A Musthofa Bisri (Gus Mus) menjelaskan makna qolbu bukanlah hati secara fisik. Melainkan qolbu adalah sesuatu yang berhubungan dengan jiwa, nafsu, dan akal yang sifatnya ghaib.
Demikian itu disampaikan dalam malam pertama Ngaji Pasanan Kitab Kimya as-Sa’adah karya Imam Al-Ghazali di Pondok Raudlatuth Thalibien, Leteh, Rembang, Senin (06/05) malam.
“Qolbu bukanlah potongan daging yang berada di dada sebelah kiri. Sebenarnya yang digambarkan orang-orang mengenai hati itu adalah jantung bukan hati. Dan yang dikatakan mengenai hati tidak seperti yang diperkirakan banyak orang,” kata Gus Mus.
Kalau di Arab, lanjut Gus Mus, orang mau beli hati hewan itu juga tidak bisa pakai istilah qolbu tetapi qibdah. Maka di kitab ini Imam Al-Ghazali merumuskan qolbu itu bukan potongan daging itu yang dimaksud. Sebab hati yang bisa dilihat itu berasal dari alam syahadah (bisa disaksikan), padahal qolbu itu sifatnya ghaib. Hanya dia sendiri dan Allah yang tahu kondisi qolbu seseorang.
“Adapun hakikat hati adalah bukan dari alam syahadah. Tetapi hanya ada di alam ghaib. Jadi bukan jantung atau hati secara fisik, tetapi memang hakikat hati (qolbu) itu sesungguhnya ghaib,” ujar Gus Mus.
Meski begitu, kata Gus Mus, dalam diri manusia qolbu ini tetap butuh sandaran. Ia melekat pada hati yang secara fisik bisa dilihat itu. Maka dikatakan dalam hadits ada salah satu bagian tubuh manusia yang jika baik maka seluruhnya baik dan jika rusak maka rusaklah seluruhnya.
“Qolbu itu bukan dari alam syahadah tetapi dari alam ghaib. Ia bersandar pada hati secara fisik itu, tetapi bukan yang kelihatan itu. Dan qolbu itu adalah raja, ia bisa mengenali Allah, dan sifat-sifat keindahan alam semesta ini dikenali qolbu,” jelasnya.
Gus Mus mengatakan bahwa qolbu ini hanya diberikan kepada manusia. Maka sejatinya yang dihukum sebab dosa itu pertama kali hati (qolbu), maka termasuk yang menjadi bagian dari qolbu adalah akal.
“Taklif atau akal itu berada dalam qolbu. Yang kamu merasa sedih, perihatin, susah itu tempatnya di qolbu. Begitu juga yang kamu merasa bahagia sampai lupa diri itu juga sebab ada qolbu,” paparnya.
Gus Mus melanjutkan, orang yang hilang nyawanya, hilang juga hatinya. Maka Imam Al-Ghazali dalam kitab itu mengatakan wajib bagi manusia untuk sungguh-sungguh dalam mengenal qolbu. Sebab qolbu menurut Imam Al-Ghazali adalah inti yang mulia dari jenisnya inti malaikat.
“Maka kadang (qolbu) ini disebut hati nurani karena bentuknya cahaya, bukan bersifat fisik atau jasad,” pungkas Gus Mus dengan kata Tsumma qola, Wallahu A’lam Bisshowab.
Ngaji Pasanan akan dilanjutkan malam ketiga Ramadhan dan seterusnya setelah sholat tarawih. Bagi netizen yang ingin mengikutinya bisa menyaksikan melalui siaran langsung (live streaming) di Youtube pada Gus Mus Channel atau NU Channel. (Red: Muiz)