Rembang, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan, sebagai manusia yang berakal hendaknya kita dapat mengalahkan kekuatan nafsu, kekuatan syahwat, dan kekuatan amarah dalam diri kita.
Menurut kiai yang lahir di Rembang, 10 Agustus 1944 ini, jika akal sudah diberikan kekuatan, maka yang akan muncul pada diri manusia adalah sikap kasih sayang kepada sesama.
"Kalau akal yang kita berikan kekuatan, maka yang terjadi pada diri kita adalah sikap kasih sayang kepada sesama, welas asih, seneng kalo ngilmu, seneng berbuat baik, ini yang disebut akhlakul malaikat," kata Gus Mus saat mengisi Ngaji Pasanan Kitab Kimya as-Sa'adah karya Imam Al-Ghazali di Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (9/5) malam.
Ia menuturkan, setiap manusia diberikan kekuatan akal oleh Allah SWT, tinggal manusia itu sendiri mau atau tidak menggunakannya. Jika digunakan, maka manusia tersebut akan senang jika berbuat baik, senang dengan ilmu pengetahuan dan sikap tersebut termasuk akhlak malaikat yang ada pada diri manusia.
Akhlak pada diri manusia, kata Gus Mus, merupakan rahmat yang patut disyukuri sebab rahmat tersebut adalah kunci bagi segalanya.
"Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu bisa begitu, lembut kepada umatnya, lembut kepada anak buahnya, lembut kepada orang-orang, karena rahmatnya Gusti Allah, rahmat ini kunci," kata alumni Prodi Keislaman dan Bahasa Arab, Fakultas Syari'ah dan Qonuun, Alqismil'ali, Al Azhar University, Cairo, Mesir 1971 ini.
Ia menjelaskan, Allah telah menyebut sikap lembut Nabi Muhammad adalah karena akhlak Nabi Muhammad itu sendiri. Baik kepada yang menyakiti Nabi maupun kepada yang tidak menyakiti.
"Fabimaa rahmatin minallahi linta, karena akhlaknya engkau Muhammad itu, engkau lembut kepada mereka. Tidak kasar, tidak nyentak orang, lembut sekali, kepada yang menyakiti beliau saja lembut, apalagi kepada yang tidak. Kenapa? karena ada rahmat," katanya.
Gus Mus menilai, para waliyullah dan para nabi memiliki sifat-sifat menakjubkan dibanding manusia biasa. Itu karena Rahmat Allah seperti Nabi Khidir yang memiliki ilmu laduni. Ia mengatakan, untuk mendapatkan kekuatan akal dan mendapatkan rahmat tersebut, maka manusia harus memintanya kepada yang memberi rahmat yaitu Allah SWT.
"Maka salam ta'niyah kepada sesama merupakan doa rahmat. Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh, Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh, itu mestinya dibudayakan. Kamu sunah membaca itu, kawanmu yang mendengar itu wajib menjawab. Semua orang kalau itu menjadi budaya akan mendapat rahmah dan berkah Allah SWT," kata Anggota MPR periode 1992-1997 ini.
Kemudian, akal dan rahmat tidak akan didapatkan seseorang jika manusia tersebut masih mengunggulkan nafsu, amarah, dan syahwat dibanding dengan akal pada dirinya. Untuk itu manusia harus dapat membudayakan sifat-sifat baik yang bernilai doa memohon kepada Allah agar manusia diberikan rahmat. (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)