Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. (Foto: NU Online/Saiful Amar)
Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, menyoroti pentingnya para kiai untuk beradaptasi dengan era media sosial yang semakin dominan. Menurutnya, di zaman sekarang, kiai-kiai perlu aktif menyebarkan pesan dakwah di media sosial.
"Sekarang zaman medsos (media sosial), harus ada kiai-kiai yang medsos-an," ujar Gus Mus pada tayangan Gus Mus: Prinsip Hidup La Ilaha Illallah Eps.2 | Kisah Para Pendakwah Edisi #1, dikutip Selasa (25/3/2024) pada Youtube NU Online.
Gus Mus juga menekankan bahwa perubahan zaman adalah hal yang alami. "Perubahan itu suatu hal yang Fitri. Dawamul hal, muhal. Kondisi yang terus begitu saja mulai zaman Nabi Adam itu muhal. Terus dalam kehidupan kita selalu ada perkembangan-perkembangan," paparnya.
Lebih lanjut, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh rembang, Jawa Tengah itu menyebut bahwa konten dakwah di media sosial harus disampaikan dengan cara yang tepat sesuai tuntutan zaman.
"Kalau sampean dakwahnya di HP, bangun tidur dibaca orang akan tidur dibaca orang juga, tapi kalau kalau di TV, kan, nunggu TV buka. Kalau nunggu penceramah di pengajian ya, nunggu pengajiannya kapan paling nanti pengajian Isra Mi'raj sebulan sekali muludan bisa sekali, efektifnya ya, menggunakan tuntutan zaman itu," jabar dia.
Selain melalui unggahan di media sosial, Gus Mus juga menyinggung dakwah melalui film. Ia mengambil contoh film produksi barat. Tak sedikit film barat yang mampu menyampaikan pesan moral secara tersirat yang dikemas dengan apik.
"Film barat itu kalau anda perhatikan dia mengajak membela kebenaran. Itu dengan film itu. Orang yang yang nonton film itu, tanpa diceramahi dia tergiring untuk membenci kezaliman, karena dalam film itu ditunjukkan bagaimana kezaliman itu buruknya dan dikalahkan oleh kebenaran," jelas dia.
Lebih lanjut Gus Mus menambahkan, hal itu dapat dicapai ketika seseorang telah mengerti zaman, mengerti dakwah, mengerti sasaran dakwah, dan mengerti caranya dakwah.
"Orang yang berdakwah bil (dengan) film ya harus ngerti film. Dia harus mengerti perfilman, kalau nggak ngerti perfilman ya seperti film-film sinetron itu, dia pengertian Islaminya hanya dalam bentuk adegan orang datang masuk 'Assalamualaikum' pada istrinya Istrinya masuk ke dapur, sudah dianggap itu film Islami," pungkasnya.