Nasional

Gus Mus Menginspirasi Gerakan Buruh (3-Habis)

Kamis, 2 Mei 2013 | 07:03 WIB

Jakarta, NU Online
Puisi Gus Mus lain yang inspiratif bagi gerakan buruh adalah berjudul Di Negeri Amplop. Soeharjono, Workers Specialist di badan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa untuk ketenagakerjaan (ILO), mengutip bait-bait puisi tersebut.
<>
Amplop-amplop di negeri amplop // Mengatur dengan teratur // Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur // Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur // Memutuskan putusan yang tak putus
Membatalkan putusan yang sudah putus // Amplop-amplop menguasai penguasa
Dan mengendalikan orang-orang biasa // Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
Mencairkan dan membekukan // Mengganjal dan melicinkan // Orang bicara bisa bisu // Orang mendengar bisa tuli // Orang alim bisa nafsu // Orang sakti bisa mati
Di negeri amplop // Amplop-amplop mengamplopi // apa saja dan siapa saja

Menurut Yono, sapaan akrab Soeharjono, puisi tersebut sangat mengena dalam konteks otoritarianisme penguasa terhadap kaum buruh di masa lalu, kasus pembunuhan Marsinah, misalnya. Penguasa saat itu sampai harus membunuh seroang buruh perempuan yang berupaya menuntut haknya melalui tangan seorang berpangkat Letnan Kolonel.

Ini tentu saja tidak boleh dibiarkan untuk terjadi lagi. Gus Mus, sudah mengingatkan kita untuk berjalan pada rel masing-masing, “Jangan kemudian amplop-amplop membuat orang bicara menjadi bisu, dan orang mendengar menjadi tuli,” kata Yono.

Ketika ditanya mengenai kondisi perburuhan di Indonesia saat ini, Yono mengatakan bahwa Indonesia sudah mencapai beberapa kemajuan mengenai isu-isu perlindungan dan pemenuhan hak-hak perburuhan.

Sekalipun demikian, semua pihak yang terkait dengan masalah perburuhan, yakni pemerintah, buruh atau pekerja, dan pengusaha, harus duduk sederajat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara bersama-sama melalui apa yang disebut sebagai social dialogue.

Social dialogue itu mencakup semua jenis negosiasi, konsultasi dan pertukaran informasi di antara perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja dalam setiap persoalan yang dihadapi bersama,” ujar Yono mengakhiri pembicaraan dengan NU Online, di Jakarta, Selasa (30/4).

Tanggal 1 Mei, merupakah salah satu momen terpenting bagi kaum pekerja atau buruh di dunia. Berawal dari perjuangan kaum buruh untuk memperjuangkan hak-haknya, 1 Mei 1886 ditetapkan sebagai Hari Buruh se-Dunia.


Redaktur         : Abdullah Alawi
Kontributor     : Irham Ali


Terkait