"Sebaiknya FPI itu tidak reaksioner. FPI itu turunkanlah amarahnya. Untuk apa marah-marah atas nama bela Nabi, segala macem kalau bahkan marahnya itu menjadi tidak baik, melaporkan saudaranya sendiri ke Bareskrim itu berlebih-lebihan," kata Kiai Ishom kepada NU Online di kantor PBNU Jakarta, Kamis (5/12).
Kiai Ishom menyarankan agar FPI lebih banyak membaca. Menurutnya, jika orang memiliki ilmu mendalam, maka akan bersikap bijaksana dan tidak akan mudah menyalahkan orang lain.
Kiai Ishom menegaskan bahwa ceramah Gus Muwafiq tidak ada maksud untuk melecehkan apalagi bermaksud menghina Nabi Muhammad SAW, karena dai asal Yogyakarta itu sangat mencintai Nabinya. Oleh sebab itu, semua pihak diminta untuk tidak terus membuat suasana menjadi gaduh.
"Gus Muwafiq meminta maaf agar persoalan ini tidak berlarut-larut karena itu menguras energi umat Islam sendiri. Bagaimana bangsa kita itu akan maju kalau terus menerus berkutat pada persoalan saling menyalahkan," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, Gus Muwafiq telah mengklarifikasi dan meminta maaf melalui video yang berdurasi 2,35 detik atas isi ceramahanya. Dalam klarifikasinya, Gus Muwafiq mengaku sangat senang karena telah diingatkan oleh umat Islam. Ia menyatakan sangat mencintai Rasulullah.
Menurut Gus Muwafiq, isi ceramahnya yang disampaikan di Purwodadi, Jawa Tengah itu merespons tantangan-tantangan dari kaum milenial yang kerap menanyakan tentang nur Muhammad dan rembes. Rembes dimaknainya dengan ingus atau umbel.
"Saya yakin dengan seyakin-yakinnya nur Muhammad itu memancarkan sinar. Akan tetapi generasi sekarang banyak bertanya apakah sinarnya seperti sinar lampu, dan semakin dijawab semakin tidak ada juntrungnya," ucapnya.
"Kemudian terkait kata rembes, dalam bahasa Jawa itu umbel. Bahasa saya rembes itu umbelen. Ini juga terkait dengan pertanyaan: apakah anak yang ikut kakeknya ini bersih, karena kakek saking cintanya sama cucu sampai cucunya apa-apa juga kadang boleh. Hal itu saja yang sebenarnya," imbuhnya.
Ia menyatakan bahwa pernyataannya itu tidak bermaksud menghina Nabi. Ia sejak kecil dididik untuk menghormatinya. Namun demikian, ia meminta maaf kepada umat Islam jika pernyataannya dianggap menyinggung.
"Untuk seluruh kaum Muslim seluruh Indonesia, apabila kalimat ini saya lancang, saya mohon maaf sebesar-besarnya. (Saya) Tidak ada maksud menghina, mungkin hanya inilah cara Allah menegur agar ada lebih adab terhadap Rasulullah dengan kalimat-kalimat yang sebenarnya sederhana, tapi beberapa orang menganggap ini kalimat cukup berat. Kepada seluruh kaum Muslimin, saya mohon maaf," pungkasnya.
Pewarta: Husni Sahal