Nasional

Gus Muwafiq: Mudah Mengkafirkan Orang Lain bukan Kebiasaan Nabi

Jumat, 18 Januari 2019 | 17:15 WIB

Jombang, NU Online
Dai kondang NU, KH Ahmad Muwafiq mengatakan bahwa salah satu ciri seorang yang ahli agama dan punya bekal agama yang kuat, ia tidak mudah mengkafirkan serta menyesatkan orang lain. Hal ini dikarenakan tokoh agama tersebut punya banyak referensi keagamaan yang memberikan pilihan pendapat-pendapat baru.

"KH Hasyim Asy'ari itu hafal kutubussittah (6 kitab hadits), sehingga dalam bersikap lebih bijak dan luwes. Rasulullah juga tak mudah mengkafirkan. Kelompok yang mudah mengkafirkan dan menyesatkan kelompok lain bukan umat Nabi. Karena orang Yahudi dan Nasrani masih disebut ahli kitab. Ini teori sosiologi dari Rasulallah," katanya saat berkunjung ke Pesantren Tebuireng, Kamis (17/01).

Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Muwafiq ini, ahli agama yang punya keilmuan luas itu seperti ibu rumah tangga yang kreatif dan pintar masak. Ibu rumah tangga tersebut setiap hari memasak makanan yang berbeda dan baru. Sehingga tidak membosankan dan kaku.

"Kalau ibu rumah tangga kreatif dan pintar masak pasti enak. Tidak membosankan. Tapi perempuan sekarang kurang peka. Semua diambil alih mesin. Istri jarang nyuci baju suami. Sehingga istri sekarang kurang faham suaminya. Jarang mencium bau keringat suaminya. Sama seperti orang yang belajar agama ke google," tambah kiai muda asal Yogyakarta tersebut.

Menurutnya, kebanyakan orang Indonesia sekarang ingin belajar ke Rasulallah langsung. Tapi tidak melalui jalur ulama. Akhirnya karena jarak zaman dan keilmuan yang jauh antara umat sekarang dengan Rasulullah, maka bukan pencerahan agama yang mereka dapat tapi malah jadi lebay dalam beragama. "Kita ini generasinya para ulama, makanya jangan paksakan untuk berlagak seperti sahabat. Tidak sampai akal kita," ujar Gus Muwafiq.

Ia menambahkan, salah satu sifat Nabi Muhammad yaitu Al-Amin (jujur). Hal ini membuat ia mudah diterima dalam berbagai lapisan masyarakat. Padahal saat Rasulullah diutus, ia harus berhadapan dengan kekuatan kaum Yahudi, Nasrani dan Arab yang sudah mapan.

Yahudi punya Taurat sehingga hidupnya umatnya sudah tertata. Sedangkan orang Arab ahli bahasa dan syair. Sementara itu, Rasulallah tidak bisa baca tulis. Orang Nasrani juga banyak menjadi orang kaya dan terpandang, dan Nabi berhasil mengalahkan semua golongan dan Islam pun jaya. "Rasulullah dalam memimpin kuncinya adalah kepercayaan. Sekarang yang katanya ikut Nabi malah suka hoaks. Inikan aneh," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Ahmad Rozali)


Terkait