Jombang, NU Online
Cucu Pendiri NU, KH Sholahudin Wahid yang bisa dikenal Gus Sholah meminta Pengurus NU Jombang harus berani mengkritik bupati sebagai kepala daerah, jika memang kebijakannya tidak sesuai dengan rakyat.
<>"NU harus berani mengkritik bupati, NU itu kita yakin bersih, akan tetapi bagaimana kebersihan yang ada di oraganisasi ini ikut membersihkan yang tidak bersih,”ujarnya saat menjadi nara sumber Halaqoh Muda NU, Hubungan Penguasa dengan Rakyat dalam perspektif Ahlussunah yang digelar di Aula Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Rabu (11/7) bersama KH Qoyyum Pengasuh PP An Nur Lasem Rembang.
NU, lanjut Gus Sholah merupakan organiasi besar dan diyakini bersih. Karenanya agar kebersihan NU bisa dirasakan masyarakat maka harus berperan ikut membersihakan yang kotor.
”Kita ingin orang baik bisa menjadi bupati, Apakah orang NU boleh menjadi bupati? menurut saya boleh. Namun masalahnya ada atau tidak, jika ada bagaimana cara menjualnya. Soal ini mari kita rumuskan bersama,”imbuhnya menambahkan.
Mantan ketua PBNU ini juga mengapresiasi sikap PC NU dalam setiap perhelatan demokrasi baik pilkada maupun pilpres mendampingi Wiranto yang diusung Partai Golkar. Independensi PCNU ini lanjut Gus Sholah dibuktikan, saat dirinya dicalonkan pada pilpres 2004 lalu dan masih menjabat sebagai pengurus NU.
“Kedepan bagaimana langkah NU tidak bertentangan dengan khittah,”tuturnya.
Sementara itu, KH Qoyyum mengatakan, NU harus bisa memberi manfaat bagi NU sendiri dan juga manfaat untuk orang lain. Manfaat untuk orang lain itu, dikatakannya sudah diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari selaku pendiri NU. Keahliannya dalam bidang Hadist tidak hanya dirasakan ulama NU.” Bahkan Ulama dan tokoh Muhamdiyah jogja semuanya ngaji hadistnya ek mbah Hasyim,”ujarnya menceritakan.
Kiai asal Rembang ini juga mengkritik sikap ulama NU yang sering minta bantuan pada umaro atau bupati.
“Pengurus NU yang tangannya selalu dibawah maka tidak akan bisa maju,”sindirnya seraya mengatakan bupati membangun musholla tiak pernah minta bantuan ulama, mengapa kiai saat membangun musholaa minta bantuan bupati.
Kontributor: Muslim Abdurrahman