Gus Ulil Jelaskan Ajaran Nabi Muhammad tentang Cara Hadapi Kekacauan Sosial
Jumat, 5 Januari 2024 | 13:00 WIB
Gus Ulil saat menyampaikan khutbah di Masjid An-Nahdlah, kantor PBNU, Jakarta, pada Jumat (5/1/2024). (Foto: NU Online/Fathoni)
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) memaparkan ajaran Nabi Muhammad tentang cara menghadapi fitnah yang bisa diartikan sebagai kekacauan sosial. Ajaran ini, menurut Gus Ulil, sangat relevan untuk keadaan kehidupan masyarakat saat ini yang dipenuhi dengan disrupsi di segala bidang.
“Fitnah di sini artinya keadaan ketika terjadi kekacauan di dalam masyarakat, ketika terjadi instabilitas, ketika terjadi chaos, ketika terjadi ketidakstabilan di dalam kehidupan sosial. Junjungan kita Nabi Besar Muhammad memiliki ajaran tentang bagaimana menghadapi situasi fitnah ini,” jelas Gus Ulil saat menyampaikan khutbah di Masjid An-Nahdlah, kantor PBNU, Jakarta, pada Jumat (5/1/2024).
Ia kemudian mengutip sebuah hadits dari shahih bukhari. Gus Ulil memaknai hadits itu semacam ramalan Nabi Muhammad tentang keadaan yang kacau pada suatu saat nanti. Kemudian Nabi Muhammad memberikan solusinya.
“Umatku akan menghadapi keadaan fitnah. Maka harta terbaik yang dimiliki oleh umatku adalah kambing yang dibawa menjadi penuntun untuk menuju ke puncak gunung atau dibawa ke tengah padang pasir,” demikian Gus Ulil memaknai hadits Nabi yang dikutipnya.
Menurut Gus Ulil, harta paling berharga bagi seorang Muslim saat terjadi kekacauan adalah kambing yang menjadi penopang kebutuhan sehari-hari. Lalu kambing itu dibawa ke puncak gunung atau ke tengah padang pasir.
“Tujuannya adalah untuk menyelamatkan diri dari situasi fitnah. Dia lari menyelamatkan agamanya dari keadaan fitnah,” terang Gus Ulil.
Menantu Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) itu kembali mengutip sebuah hadits. Nabi Muhammad bersabda bahwa pada suatu saat nanti akan datang sebuah keadaan zaman yang terjadi banyak fitnah dan kekacauan sosial. Lalu Nabi Muhammad memberikan sebuah nasihat.
“Orang yang duduk saja lebih baik daripada orang yang berdiri. Orang yang berdiri saja lebih baik daripada orang yang berdiri kemudian berjalan. Karena kalau dia berjalan, ada potensi dia ikut membuat fitnah (kekacauan sosial) menjadi lebih buruk. Orang yang berjalan saja dengan pelan-pelan, lebih baik daripada orang yang berjalan dengan agak sedikit lebih cepat,” demikian nasihat Nabi yang diungkap Gus Ulil.
“Barangsiapa mendekatkan diri kepada fitnah (kekacauan sosial), maka fitnah itu akan membakarnya. Barangsiapa bisa mencari tempat penyelamatan untuk menghindarkan diri dari fitnah sosial itu maka carilah tempat itu,” lanjut Gus Ulil memaknai nasihat Nabi di dalam sebuah hadits yang dikutipnya.
Inti ajaran
Gus Ulil menekankan bahwa inti dari ajaran Nabi Muhammad ini adalah ketika terjadi fitnah, maka siapa pun yang tidak punya kemampuan untuk memadamkan fitnah itu sebaiknya menghindar.
“Jangan ikut-ikutan menceburkan diri ke dalam fitnah itu sehingga fitnah itu makin berkobar, membesar, dan merusak masyarakat,” tegas Pendiri Ghazalia College itu.
Gus Ulil mengatakan bahwa saat ini, masyarakat dunia sedang menghadapi keadaan fitnah yang digambarkan oleh Nabi Muhammad. Sebuah keadaan dengan sangat banyak terjadi sengkarut di dalam masyarakat, pendapat yang berbeda-beda, dan sengitnya perdebatan.
“Orang-orang yang tidak punya kemampuan untuk memadamkan kekacauan sosial, ketika terjadi polemik dalam masyarakat, sebaiknya memegangi ajaran ini,” kata Gus Ulil.
Lebih lanjut, ia mewanti-wanti bahwa saat ini merupakan era digital dengan derasnya arus media informasi melalui media sosial. Hal ini dapat memicu semua orang untuk ikut terlibat di dalam pergulatan fitnah atau kekacauan sosial itu.
Semua platform media sosial yang ada, menurut Gus Ulil, merupakan alat yang memudahkan siapa pun untuk bisa ikut membakar dan membuat api fitnah menjadi lebih besar. Padahal, informasi yang dibagikan pun belum tentu benar.
“Kita yang tidak punya informasi dan pengetahuan yang cukup mengenai apa yang terjadi, sebaiknya menghindar. Inilah ajaran yang saya kira relevan untuk kita ingat,” pungkas Gus Ulil.