Gus Ulil Uraikan Macam-macam Nikmat Allah yang Harus Disyukuri
Senin, 10 Maret 2025 | 10:00 WIB

Gus Ulil saat mengisi acara Tabligh Akbar Ramadhan II di Masjid Nusantara, Tsubame City, Jepang, pada Sabtu (8/3/2025). (Foto: tangkapan layar)
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menguraikan macam-macam nikmat yang Allah anugerahkan kepada setiap hamba-Nya.
Hal tersebut disampaikan Gus Ulil saat menghadiri acara Tabligh Akbar Ramadhan II di Masjid Nusantara, Tsubame City, Jepang, pada Sabtu (8/3/2025).
Dalam tausiyahnya, Gus Ulil mengatakan bahwa berkesempatan mengalami bulan Ramadhan tahun ini merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan kepada umat Islam.
Sebab, pada bulan kesembilan hijriah ini Allah memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk berpuasa selama satu bulan penuh.
Nikmat pertama bagi setiap manusia, menurut Gus Ulil, adalah ketika lahir di muka bumi. Terlepas dari baik buruknya peristiwa yang dialami manusia, lahir di dunia adalah nikmat yang besar.
"Kita ini setelah ada di dunia ini, kita diberikan nikmat yaitu iman kepada Allah," kata Gus Ulil dikutip NU Online dari akun Instagram Masjid Nusantara Tsubame Niigata, pada Senin (10/3/2025).
Keberimanan seseorang hari ini, papar Gus Ulil, layak disyukuri. Hal ini karena tak setiap orang bersedia mempercayai Nabi Muhammad berikut ajaran-ajarannya.
"Karena banyak orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah sezaman dengan Kanjeng Nabi tapi tidak beriman. Tidak hanya tidak beriman, bahkan memusuhi dan memerangi Kanjeng Nabi," tegasnya.
Lebih lanjut, nikmat lainnya yang tak kalah penting yakni keamanan. Situasi semacam ini telah terjadi di masyarakat Arab sejak zaman Nabi Muhammad, sebagaimana dilukiskan dalam Surat Al-Quraisy.
Menurut Gus Ulil, menyadari nikmat-nikmat yang diberikan Allah adalah perantara untuk bersyukur kepada-Nya. Ia menganalogikan dengan kemauan orang berobat ketika menyadari dirinya tengah sakit atau orang yang bertekad belajar jika menyadari kurang pintar.
Namun, pemberian Allah itu akan sambil lalu begitu saja dan mengaburkan rasa syukur, manakala terjadi dengan skala rutin. Gus Ulil mencontohkan hal itu ibarat rutinitas bernapas dan bangun tidur.
Oleh karena itu, Allah memberikan musibah sebagai alarm pengingat agar manusia kembali menyadari nikmat sehingga dapat bersyukur kepada Allah.
"Begitu kita dapat musibah kita ingat kepada Allah subhanahu wa ta'ala," tandas Pendiri Pondok Pesantren Ghazalia Metuk, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah itu.