Gus Yahya: Diperlukan Visi Besar Hadapi Berbagai Krisis Agama
Kamis, 26 Agustus 2021 | 01:00 WIB
Katib 'Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) pada sebuah acara di Gedung PBNU Jakarta. (Foto: dok. NU Online)
Jakarta, NU Online
Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengingatkan bahwa situasi dunia sedang tidak baik-baik saja.
Gus Yahya mengatakan seperti dalam tema utama konferensi internasional PCINU Belanda tahun ini, bagaimana membayangkan peran agama dalam dunia yang sedang krisis seperti dihadapi saat ini.
"Krisis tersebut tidak hanya dalam bentuk pandemi Covid-19 saja melainkan juga krisis multidimensional," kata Gus Yahya pada pembukaan Konferensi, Senin (23/8/2021).
Menurutnya diperlukan visi besar yang melampaui berbagai krisis yang terjadi tersebut. Salah satu yang kerap disampaikan oleh Gus Yahya adalah visi untuk mencapai tata dunia yang harmonis dan berkeadilan.
"Forum-forum internasional seperti konferensi ini sekali lagi bisa menjadi ajang untuk mempertajam cita-cita tersebut," imbuhnya.
Gus Yahya menyebutkan bahwa sejak dua tahun lalu, ia telah berkomitmen untuk mendukung penuh konferensi yang diadakan oleh PCINU Belanda. Kegiatan semacam ini merupakan ikhtiar yang sejalan dengan perjuangannya dalam mewujudkan tata dunia yang baru berdasarkan nilai-nilai humanitarian dan etika universal.
Sebelumnya pembicara kunci Ulil Absar Abdala dalam konferensi ini mengatakan tema Reimagining Religion in the Time of Crisis menggarisbawahi tema krisis kaitannya dengan sejarah peradaban Islam.
Kemudian, perubahan dari religious authority ke legal authority yang menandai berkembangnya pengaruh new legal system yang awalnya dikenal dengan the Napoleon Code. Krisis ketiga menurut Ulil, adalah “the exclusion of philosophy and theology in Islamic education system” (Penanggalan Filsafat dan Teologi dalam Sistem Pendidikan Islam).
Ketua Panitia Konferensi Yus Sa'diyah mengatakan apa yang disampaikan oleh Gus Ulil maupun Gus Yahya menjadi pemantik bagi para presenter untuk bisa berkontribusi lebih besar pada kegiatan selama seminggu pelaksanaan konferensi.
"Kami berterima kasih atas dukungan berbagai institusi antara lain Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Netherlands-Indonesia Consortium for Christian Muslim Relations (NICMCR), dan Nuffic-Neso NL Alumni Network Indonesia hingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan sukses," pungkas Yus.
Editor: Kendi Setiawan