Gus Yahya Sebut Kepengurusan NU Masuki Fase Keempat, Makin Solid dan Dihormati
Selasa, 25 Februari 2025 | 20:30 WIB

Gus Yahya dalam Tarhib Ramadhan 1446H yang digelar secara daring, pada Selasa (25/2/2025). (Foto: NU Online/Faizin)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyebut bahwa kepengurusan NU pada periode ini memasuki fase keempat dalam pengembangan sistem organisasi yang menyerupai sistem pemerintahan (governing system).
Tahapan pembangunan organisasi ini telah melalui proses panjang dan terstruktur. Dengan langkah ini, Gus Yahya menegaskan bahwa eksistensi Nahdlatul Ulama semakin solid, terorganisir, dan dihormati oleh banyak pihak.
“Alhamdulillah, sekarang kita sudah menemukan gambaran tentang bagaimana supaya strategi kita, agenda yang sudah kita rancang itu bisa dilaksanakan diimplementasikan dengan lebih akseleratif artinya ada percepatan,” katanya dalam acara Tarhib Ramadhan 1446 H yang dilaksanakan secara virtual, pada Selasa (25/2/2024).
Gus Yahya menjelaskan bahwa pada fase pertama, PBNU fokus menyusun desain sistem organisasi yang mencakup perumusan peraturan, pembagian tugas, wewenang, prosedur, hingga sistem pelatihan kader.
Sementara fase kedua dilakukan dengan upaya membangkitkan semangat dan moral para pengurus serta jamaah NU, yang puncaknya terjadi saat peringatan Harlah 1 Abad NU.
Momentum itu, menurut Gus Yahya, berhasil menciptakan rasa kebersamaan yang kuat dan mendorong kontribusi lebih besar dari seluruh elemen organisasi.
Kemudian pada fase ketiga, PBNU melakukan konsolidasi organisasi dengan mengimplementasikan desain program yang telah dirumuskan.
Langkah ini meliputi validasi dan verifikasi kepengurusan, penataan konferensi di tingkat wilayah dan cabang, pelatihan kader secara intensif, serta pelaksanaan program yang menyasar keluarga dan masyarakat.
Fase keempat yang sedang berjalan ini, lanjut Gus Yahya, difokuskan pada percepatan konsolidasi melalui tiga aspek utama.
Pertama, tata kelola organisasi diperkuat agar lebih efektif dan efisien. Kedua, konsolidasi sumber daya manusia, budaya, dan pembiayaan dilakukan untuk meningkatkan daya dukung organisasi. Ketiga, agenda organisasi diharmonisasi untuk memastikan keselarasan program di semua tingkatan.
Dalam proses ini, PBNU mengumpulkan data kapasitas kinerja dari setiap unit organisasi dan mengidentifikasi kisah sukses maupun kendala yang dihadapi di berbagai wilayah sebagai bahan evaluasi dan perbaikan ke depan.
“Implementasi yang dapat kita jadikan landasan untuk bergerak lebih progresif ke depan maka kita laksanakan misalnya validasi dan verifikasi kepengurusan,” ungkap Gus Yahya dalam pertemuan yang dihadiri oleh PWNU dan PCNU se-Indonesia itu.
Ia menyebut bahwa hasil dari upaya konsolidasi ini menunjukkan peningkatan soliditas organisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Legitimasi NU di mata eksternal, termasuk pemerintah dan masyarakat, semakin kuat. Hal ini dibuktikan dengan terjalinnya kerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
Gus Yahya menegaskan bahwa kondisi NU saat ini jauh lebih solid, terorganisir, dan dihormati. Konsolidasi yang kuat ini menjadi modal penting untuk mempercepat pencapaian tujuan organisasi sekaligus memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Wakil Rais Aam PBNU KH M Anwar Iskandar menyampaikan bahwa pertemuan yang digelar secara dering ini bertujuan untuk tarhib Ramadhan, yaitu penyambutan bulan suci Ramadhan.
Kiai Anwar menyebutkan pentingnya menghormati perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan. Ia juga menekankan bahwa hak penetapan (isbat) awal Ramadhan berada pada pemerintah. NU, sebagai organisasi, akan mengikuti hasil keputusan resmi pemerintah.
“Ramadhan adalah momen untuk mengenali jati diri dan melatih pengendalian diri. Puasa mengajarkan kita menahan diri dari hal yang halal seperti makan dan minum di siang hari, untuk membentuk keseimbangan antara hati dan nafsu—tidak mematikan nafsu sepenuhnya, tetapi juga tidak membiarkannya liar,” katanya.
Kiai Anwar menjelaskan, Ramadhan adalah sarana untuk mencapai kemuliaan dunia dan akhirat dengan mengasah kemampuan diri dan mengontrol hawa nafsu.