Nasional

Gus Yahya Tegaskan Lesbumi NU Bukan Lembaga Ortodoksi Seni dan Budaya

Selasa, 7 Mei 2024 | 17:45 WIB

Gus Yahya Tegaskan Lesbumi NU Bukan Lembaga Ortodoksi Seni dan Budaya

Gus Yahya dalam pembukaan Peringatan Harlah LXIV dan Rakornas VI Lesbumi NU di Yogyakarta, Ahad (5/5/2024). (Foto: Instagram Lesbumi PBNU)

Jakarta, NU Online

 
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU bukanlah lembaga untuk membangun ortodoksi seni dan budaya.
 

Gus Yahya menekankan bahwa Lesbumi NU adalah lembaga yang bertujuan untuk mewadahi para seniman dan pegiat kebudayaan tanpa membatasi jenis ekspresi seni atau budaya yang ingin dikembangkan.
 

"Kita tidak menginginkan satu wawasan budaya yang monolitik. Budaya adalah gagasan yang sangat cair dan setiap orang bisa mengembangkan gagasan-gagasan ini," ujar Gus Yahya dalam pembukaan Peringatan Harlah LXIV dan Rakornas VI Lesbumi NU di Yogyakarta, Ahad (5/5/2024).
 

Gus Yahya menjelaskan bahwa Lesbumi, yang merupakan singkatan dari lembaga seniman dan budayawan Muslimin Indonesia, adalah sebuah lembaga yang berkaitan dengan orang-orang, sehingga kebijakan yang dibangun hendaknya tentang pengelolaan terhadap orang-orang. 
 

"Di NU, ada sekian banyak seniman, aktivis kebudayaan, mereka ini mau diajak apa? Mereka butuh apa? Bisa diajak apa? Kebutuhan apa dari mereka yang bisa diupayakan bersama-sama?" papar Gus Yahya.
 

Selain itu, Gus Yahya menyoroti pentingnya bagi Lesbumi untuk menggalang data tentang seniman-seniman NU, memetakan sebarannya, dan jenis seni yang ditekuni. Dengan demikian, Lesbumi dapat membangun kebijakan yang sesuai dengan kepentingan para seniman tersebut, seperti menyelenggarakan pameran seni secara berkala dengan melibatkan pelukis-pelukis NU.
 

“Lesbumi itu kepanjangan lembaga seniman dan budayawan Muslimin Indonesia. Jadi, ini lembaga tentang orang-orang,” jelas Gus Yahya.
 

“Kalau kita telah mengonfirmasi bahwa Lesbumi ini adalah lembaga tentang orang-orang maka kebijakan yang dibangun Lesbumi ini adalah kebijakan tentang pengelolaan orang-orang,” imbuhnya.
 

Namun, Gus Yahya menegaskan bahwa Lesbumi tidak perlu menciptakan ortodoksi budaya menurut pandangan NU. Sebaliknya, Lesbumi harus dapat menjadi platform untuk bertukar gagasan dan membiarkan gagasan-gagasan tersebut berkembang secara dinamis di masyarakat.
 

“Buat saja platform, forum, untuk bertukar gagasan itu dan biarkan gagasan itu berkembang secara dinamis di tengah masyarakat, tanpa Lesbumi tidak perlu menghakimi gagasan manapun yang muncul di tengah masyarakat,” tuturnya.
 

Gus Yahya juga menekankan pentingnya para seniman dan pegiat kebudayaan mampu mengembangkan karyanya sebagai sarana dakwah. 


"Hal yang paling jelas perlu dilakukan oleh Nahdlatul Ulama dan Lesbumi sebagai perangkat organisasi adalah menyelenggarakan dakwah Islamiah, mendakwahkan nilai-nilai Islam dan kegiatan kebudayaan bisa dijadikan wahana untuk itu," ungkapnya.