Gus Yahya: Tidak Cukup Jadikan NU sebagai Organisasi Canggih
Rabu, 8 Maret 2023 | 17:17 WIB
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya saat menghadiri Rakernas Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama di Santika Dyandra Convention Center, Medan, Sumatra Utara, Rabu (8/3/2023). (Foto: NU Online/Syakir NF)
Medan, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa tidak cukup hanya menjadikan NU sebagai organisasi yang canggih. Sebab, hal tersebut barangkali hanya bisa dinikmati oleh elite saja.
Karenanya, perlu pemikiran untuk membangun peradaban untuk masa depan. Hal demikian bisa lebih dinikmati kemaslahatannya di semua elemen masyarakat yang lebih luas.
Demikian disampaikan Gus Yahya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) di Santika Dyandra Convention Center, Medan, Sumatra Utara, Rabu (8/3/2023).
"Maka agar jangkauan lebih luas kita berpikiran membangun format peradaban, menyumbangkan sesuatu yang maslahat bagi pembangunan peradaban masa depan," katanya.
Tak pelak, NU hadir di sana dalam rangka membangun peradaban masa depan yang lebih baik. Ia bercerita pernah ditanya seseorang saat dulu menjadi Katib Aam PBNU perihal alasan di balik NU enggan mengusung negara Islam. Padahal, NU merupakan organisasi Islam terbesar di negara mayoritas Muslim terbesar. Artinya, jika hal itu terwujud, tentu NU menjadi paling untung menurut orang yang bertanya itu.
Gus Yahya menegaskan bahwa para pendiri negeri telah bersepakat atas fondasi-fondasi negeri yang diambil dari elemen-elemen mulia berdasarkan latar belakang mereka masing-masing, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Liberalisme, Tradisionalisme, hingga Komunisme.
"Jadilah Pancasila dan UUD 1945," kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Itulah kesepakatan yang sudah dibuat sejak sebelum Indonesia merdeka. Lebih lanjut, dalam berbagai forum yang pernah diikuti dengan berbagai macam topik dan agenda, ia berpikir menawarkan, kenapa kita tidak melakukan hal yang sama.
"Kita hidup heterogen. Kenapa kita tidak berpikir yang sama? Berpikir tentang apa yang mulia untuk masa depan kita bersama? Kenapa kita tidak berpikir tentang ekonomi yang mulia dan bukan sekadar memperbesar akumulasi sumber daya, tetapi format ekonomi yang mulia," katanya.
Oleh karena itu, Gus Yahya mengajak seluruh peserta Rakernas LPTNU agar berpikir ilmu pengetahuan untuk mencapai kemuliaan. "Kita tidak bisa hanya mengerti tentang ilmu pengetahuan untuk meningkatkan persaingan," katanya.
"Kita punya mandat untuk berjuang agar ilmu pengetahuan kita kembangkan untuk kita sumbangkan bagi upaya mencapai kemuliaan bagi masa depan umat manusia," pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin