Gus Yahya Wacanakan Relasi Organisasi yang Seimbang antara PBNU dengan Muslimat NU
Selasa, 11 Februari 2025 | 19:00 WIB
![Gus Yahya Wacanakan Relasi Organisasi yang Seimbang antara PBNU dengan Muslimat NU](https://storage.nu.or.id/storage/post/16_9/mid/1000794777_1739278480.webp)
Gus Yahya saat memberikan arahan dalam Sidang Pleno Kongres Ke-18 Muslimat NU, di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa (11/2/2025). (Foto: dok. panitia)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mewacanakan relasi organisasi yang seimbang antara PBNU dengan Muslimat NU. Menurutnya, hal itu dilakukan karena kebutuhan atas aktivisme para ibu yang ukurannya sudah terlalu besar.
Hal itu diungkap Gus Yahya saat memberikan arahan dalam Rapat Pleno Kongres Ke-18 Muslimat NU di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa (11/2/2025) siang.
"Kapasitas kearifan organisasi yang disusun bersama NU dan Muslimat dan yang mesti kita jembatani, harus kita beri wadah. Maka saya sampaikan pada Muslimat ini bagaimana struktur organisasi Muslimat ini disamakan dengan NU, ada syuriyah dan ada tanfidziyah. Kalau istilahnya untuk Muslimat apa, terserah," ujarnya.
Meski berbeda istilah, Gus Yahya meminta agar keseluruhan cara kerjanya perlu disamakan dengan struktur di PBNU, sehingga penyesuaian itu diperlukan meski pada pendiriannya Muslimat NU merupakan organisasi yang berada di bawah naungan PBNU.
"Tapi saya kira kita butuh satu konstruksi lebih seimbang. Mungkin secara kebijakan umum masih secara struktural, masih di dalam lingkup kendali NU, tetapi relasi antara dua struktur keorganisasian ini perlu kita bangun menjadi lebih seimbang di dalam sistem yang pas, sehingga struktur antara PBNU ini, bisa menjadi refleksi satu sama lain," katanya saat jumpa pers sesuai pengarahan di Sidang Pleno.
Menurut Gus Yahya, kepemimpinan antara kiai dan nyai berbentuk tandem atau secara beriringan.
"Kalau kita lihat dalam keseluruhan sejarah NU, entitas yang benar-benar bisa menjangkau basis secara intensif, mampu bergerak dalam komunitas secara intensif itu kan Muslimat dari dulu sampai sekarang. Muslimat paling langsung berhubungan dengan masyarakat luas," jelasnya.
Tak hanya itu, Gus Yahya menyinggung era disrupsi yang menjadikan jarak antarmanusia dalam hidup global. Menurutnya, posisi Muslimat NU sangat strategis. Bahkan sudah menjangkau di dalam menjaga kesehatan sosial dan kesehatan psikologis sosial masyarakat.
"Kita ingin kemanusiaan kita, dalam hal ini pembangunan, tidak kehilangan kesejatian dukungan kemanusiaan kita. Ini karena hidup terlalu menggantungkan diri pada algoritma-algoritma digital itu," ujarnya.
"Saya kira kita tidak punya alternatif selain Muslimat NU itu aktifkan jaringan gerakan yang ada," terangnya.