H Mahbub Djunaidi Jadi Nama Jalan di Kawasan Kebon Sirih Jakarta
Senin, 20 Juni 2022 | 20:30 WIB
H. Mahbub Djunaidi jadi nama jalan di salah satu bilangan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. (Foto: Isfandiari Mahbub Djunaidi)
Jakarta, NU Online
Jalan Srikaya di Kebon Sirih, Menteng, Kota Jakarta Pusat resmi diganti menjadi Jalan Mahbub Djunaidi. Pergantian nama ini disampaikan oleh Isfandiari Mahbub Djunaidi, yang tak lain adalah putra dari H Mahbub Djunaidi.
“Alhamdulillah Papa Mahbub Djunaidi menjadi nama jalan di sudut Jakarta,” tulis Isfandiari di akun media sosial Facebook miliknya, Senin (20/6/22).
Seperti diketahui, pada 2021 silam, Senator Asal Jakarta Sylviana Murni mengusulkan perubahan beberapa nama jalan di Jakarta untuk diganti dengan nama-nama tokoh pahlawan asli Betawi yang sangat potensial untuk bisa diabadikan sebagai nama jalan, termasuk H Mahbub Djunaidi.
H Mahbub Djunaidi adalah ketua umum pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ia lahir di Jakarta pada 22 Juli 1933. Ia dikenal sebagai wartawan-sastrawan, agamawan, organisatoris, kolumnis, politikus.
Kritik-kritik sosial dalam tulisannya begitu tajam, begitu dalam. Tentu saja dengan ciri khas yang dimilikinya: satire dan humoris. Karena kepiawaiannya dalam menulis, ia disebut pendekar pena, bahkan Bung Karno terkesan dengannya.
Mahbub pernah memimpin sejumlah media masa, salah satunya Duta Masyarakat surat kabar harian umum yang terbit di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia yang merupakan koran Nahdlatul Ulama.
Dalam salah satu tulisannya di harian Duta Masyarakat, Mahbub mengemukakan pendapatnya bahwa Pancasila mempunyai kedudukan lebih sublim dibanding Declaration of Independence susunan Thomas Jefferson yang menjadi pernyataan kemerdekaan Amerika Serikat tanggal 4 Juli 1776, maupun dengan Manifesto Komunis yang disusun oleh Karl Marx dan Friedrich Engels tahun 1847. Tulisan itu dibaca Bung Karno, dan karena tulisan itu Bung Karno takjub kepadanya dan tulisan-tulisannya.
Di dalam organisasi NU sendiri, Mahbub pernah duduk sebagai salah seorang wakil ketua PBNU. Ia juga pernah mewakili NU menjadi anggota DPR-GR/MPRS (1960).
Dunia politik Mahbub dapat dilacak dari kegemarannya dalam berorganisasi. Semula, Mahbub merupakan Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) pada tahun 1952, sewaktu masih di bangku SMP. Ketika SMA, Mahbub sudah bergabung ke dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), organisasi kader partai NU yang baru berdiri pada 1954.
Kecintaannya pada organisasi berlanjut sampai perguruan tinggi. Mahbub tercatat sebagai Mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Di sana, ia memilih bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan, Mahbub sempat masuk sebagai pengurus pusat HMI. Namun, pada tahun 1960 ia memilih keluar dari HMI dan turut serta membidani lahirnya PMII.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad