Hadapi Dunia Digital, Gus Mus Dorong Kiai Buka Pesantren Khusus IT
Rabu, 6 Juli 2022 | 14:00 WIB
Jombang, NU Online
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mendorong kiai, pengelola pesantren di Indonesia mengembangkan cabang ilmu yang dipelajari di pesantrennya, tidak sekadar ilmu agama, tapi di zaman sekarang perlu memikirkan juga untuk para santrinya mempelajari ilmu information technology (IT) atau teknologi informasi. Bahkan menurutnya jenis ilmu pengetahuan ini bisa dibuat khusus dan dibuatkan lembaga (pesantren) tersendiri.
Lembaga tersebut akan mempelajari ilmu teknologi informasi terbaru sehingga bisa menghiasi dunia media sosial. Sebab santri yang mondok sekarang merupakan generasi teknologi.
"Mudah-mudah nanti berkembang pesantren khusus IT, ini penting, jangan diketawakan. Sekarang medsos sangat luar biasa pengaruhnya," jelasnya saat hadir di Pesantren Al-Aqobah Jombang, Jawa Timur, Senin (4/7/2022).
Menurut Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, anak-anak muda sekarang jika tidak didik dengan baik dan tidak mengenal media sosial maka bahaya. Orang jahat sekarang banyak yang ahli IT. Mereka setiap hari gentayangan di media sosial menyebarkan kesesatan.
"Makanya kadang-kadang anak kita yang tidak tahu, lalu lihat media sosial, dianggap itulah kebenaran sesungguhnya," imbuh Gus Mus.
Dikatakan, di media sosial banyak berita bohong, fitnah, dan caci maki, tapi dikemas sedemikian rupa agar dramatis dan terlihat benar. Jika kiai dan santri tidak paham media sosial, maka bahaya. Tidak ada keseimbangan.
Oleh karenanya, santri perlu dididik dalam bermedia sosial yang baik dan menggunakan media sosial secara bijak serta bermanfaat.
Salah satu contoh pesantren IT di Indonesia yaitu Pesantren Programer Qoryatus Salam di Kompleks Peace Village atau Asrama Pesantren Qoryatus Salam, Sleman, Yogyakarta yang didirikan putri Gus Dur, Yenny Wahid.
"Handpone sudah jadi dunia, dunia dalam genggam, setiap hari bersama handpone dari bangun tidur hingga tidur lagi. Perlu diajarkan cara bermedsos secara baik," tegasnya.
Gus Mus merasa penting dunia pesantren terjun di dunia teknologi informasi karena saat ini yang menguasai media sosial tidak jelas pendidikan dan sanadnya. Terkadang kontennya berisi caci maki, fitnah dan memecah belah umat.
Dalam pengamatan Gus Mus, di media sosial seorang tokoh agama yang suka bicara kotor juga memiliki follower cukup banyak. Sehingga ucapannya diikuti orang banyak. Ini tentu tidak baik.
"Perlu dipikirkan pesantren khusus IT. Saya nanti siap memberikan masukan siapa-siapa pakar IT hebat di Indonesia. Termasuk yang mengajar di Jepang. Saya punya kawan. Jadi khususkan pesantren IT," kata Gus Mus.
Saat ini, menurut Gus Mus menguasai media sosial tidak bisa dianggap remeh. Hal ini pula yang membuatnya tetap aktif di media sosial meskipun disindir banyak tokoh.
"Sekarang tidak berlaku yang waras mengalah, kalau mengalah maka yang tidak waras merasa paling benar. Kalau sumpah serapah dan caci dianggap ajaran Islam maka bisa jadi bahaya," tandas tokoh asal Rembang ini.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin