Jakarta, NU Online
Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim menyatakan bahwa doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah SWT bukan sekadar perkara meminta dikabulkan. Tetapi yang lebih penting dan utama dari doa tersebut ialah seorang hamba masih ditakdirkan masih bisa bermunajat.
Sebab itu menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor ini, kegembiraan seorang hamba hendaknya jangan ditujukan karena dikabulnya sebuah doa, tetapi lebih pada bersyukur masih bisa berdoa.
Kiai Luqman menjelaskan, bergembira karena doa-doa terkabulkan bisa membuat manusia terjebak ke dalam kelompok orang-orang terhijab. Artinya terhalang untuk memahami sebuah hakikat kebenaran.
"Jangan bergembira karena doa-doamu dikabulkan, engkau bisa terjebak dalam kelompok orang yang terhijab. Bergembiralah karena engkau ditakdirkan bisa bermunajat kepada-Nya," ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Jumat (31/8) lewat twitternya. Pernyataan tersebut ia kutip dari seorang sufi masyhur, Imam Abul Hasan Asy-Syadziliy.
Menurut Direktur Sufi Center Jakarta itu, doa merupakan wujud penghambaan seseorang kepada Allah. Sebab itu, penting menghadirkan sifat-sifat kemanusiaan pada diri seorang hamba kepada Allah, Sang Pencipta.
“Berdoalah untuk menjaga kefakiranmu, kehinaanmu, kelemahanmu, dan ketakberdayaanmu di hadapan-Nya,” tutur Kiai Luqman.
Penjelasan Kiai Luqman mengenai doa tersebut mendapat respon dari Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand Nadirsyah Hosen. Dosen senior di Monash Law School ini mengungkapkan terima kasihnya kepada Kiai Luqman telah menjelaskan hakikat berdoa.
“Terima kasih Pak Kiai Luqman sudah mengajarkan kami bahwa doa itu bukan sekadar soal permintaan, tapi ketertundukan diri, merasa butuh pada-Nya, dan merasakan kehadiran-Nya. Dikabulkan doa bukan untuk dipamerkan apalagi menepuk dada. Belum diterimanya doa, bukan karena Tuhan tidak ridho,” tulis Nadirsyah melalui twitternya. (Fathoni)