Helmy Faishal: Warga NU Harus Cerdas dan Berdaya Secara Ekonomi
Selasa, 31 Mei 2016 | 16:58 WIB
Jakarta, NU Online
Upaya-upaya untuk menuju kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraatn umat harus terus digalakkan. Sebagai salah satu dari tiga amanat muktamar 33 NU di Jombang, aspek ekonomi menjadi perhatian khusus PBNU.
Hal tersebut disampaikan Sekjen PBNU HA. Helmy Faishal Zaini saat dimintai tanggapan soal perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini. Berdasarkan data Bappaenas akhir tahun 2015 lalu tingkat ketimpangan ekonomi antarpenduduk atau rasio gini Indonesia masih berada pada kisaran angka 0,413.
Pada tahun yang sama BPS juga merilis data bahwa jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih sebesar 11,2 persen atau sekitar 28 juta penduduk. Jumlah tersebut menurut Helmy masih sangat besar. Atas dasar pertimbangan tersebut, NU menempatkan sektor ekonomi sebagai salah satu sektor yang penting yang tertuang dalam amanat muktamar 33 Jombang.
“Warga NU masih banyak yang belum sejehtera. Rata-rata masyarakat pinggiran. Padahal jelas, kefakiran atau kemiskinan itu menurut Nabi Muhammad rentan sekali menjerumuskan seseorang pada kubangan kekufuran,” jelas Helmy.
Lebih lanjut setelah mengutip kadal faqru an yakuna kufran yang berarti “Hampirlah kefakiran itu menyebabkan kekufuran”, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Kabinet Indonesia Bersatu II ini mengatakan bahwa banyak yang disalahpahami oleh umat selama ini. Kebanyakan kita meyakini dan menerima begitu saja bahwa Nabi Muhammad itu sepanjang hayat menjalani dengan keadaan fakir. Padahal menurut Helmy, Nabi Muhammad itu manusia pilihan. Nabi Muhammad adalah manusia cerdas dan sangat pandai dalam mengatur ekonomi. Terbukti ia menjadi penanggungjawab perdagangan perusahaan Siti Khadijah.
“Nabi Muhammad terkenal sudah ikut berdagang sejak kecil. Di saat menginjak dewasa beliau sudah menjadi, kalau istilah sekarang mungkin, pimpinan umum Khadijah corporate. Ini bukti bahwa beliau itu sangat memperhatikan ekonomi dan tidak miskin sebagaimana yang dicitrakan oleh banyak riwayat selama ini. Oleh karena itu jika warga NU ingin ikuti sunnah Rasul, maka warga NU harus cerdas dan berdaya secara ekonomi,” jelas Helmy. (Fariz Alniezar)