Hoaks Marak, Sekjen PBNU Minta Santri Lakukan Kontranarasi
Selasa, 20 Oktober 2020 | 11:01 WIB
Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini mengutip ungkapan Pendiri Budi Oetomo Soetomo bahwa sebelum Pemerintahan Hindia-Belanda mendirikan sekolah-sekolah, justru pondok pesantrenlah yang menjadi sumber pengetahuan masyarakat Nusantara.
“Pesantren menjadi mata air ilmu bagi masyarakat,” katanya dalam Webinar Peringatan Hari Santri bertajuk Dakwah Beragama di Medsos: Upaya Merawat Demokrasi di Masa Pandemi yang diselenggarakan PWNU DKI Jakarta pada Senin (19/10).
Artinya, lanjut Helmy, pesantren merupakan pusat pengembangan pendidikan, pengetahuan, dan peradaban. Namun, ia menegaskan bahwa 27 ribu lebih pesantren yang telah berdiri di Indonesia saat ini belum cukup untuk menjadikan pesantren menjadi pusat peradaban.
“Tetapi saat ini kita sedang menghadapi era di mana pesantren atau kaum santri juga harus cakap di dalam menggunakan sekaligus memainkan peran penting di media sosial,” tegas Sekjen PBNU kelahiran Cirebon, 48 tahun lalu ini.
Oleh karena itu, lanjutnya, jika tidak menghendaki munculnya berbagai hoaks atau informasi yang merusak maka harus dilakukan upaya untuk membangun kontranarasi. Lebih jauh, Helmy menuturkan, para santri harus membangun narasi tandingan terhadap berbagai macam informasi.
“Terutama menandingi narasi terhadap informasi yang dianggap tidak sesuai dengan akidah kita, Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah,” katanya.
Menyambut Hari Santri yang jatuh pada setiap 22 Oktober, ia mengingatkan bahwa terdapat momentum bersejarah karena ada peristiwa kaum santri yang dengan tegas menyatakan perang terhadap penjajah.
“Kaum santri juga menyatakan bahwa membela tanah air bagian dari kewajiban kita. Ini yang tidak kita temukan di tempat yang lain,” tuturnya.
“Kita bersyukur, bahwa salah satu pendiri dan peletak dasar kemerdekaan Indonesia, Hadlratussyekh KH Hasyim Asy’ari menyatakan hubbul wathan minal iman. Cinta tanah air bagian dari perintah agama,” lanjut pria yang mendapat gelar Doktor Honoris Causa di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Ia lantas mengajak kaum santri bersyukur karena telah dijadikan sebagai orang Indonesia sekaligus menjadi bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama. Sebab para ulama NU sudah menegaskan bahwa keislaman dan keislaman adalah satu kesatuan dalam satu tarikan nafas.
“Selamat hari santri 22 Oktober, mudah-mudahan kita terus membangun peradaban yang maju dan unggul, terutama kaum santri juga bisa memainkan peran penting di dalam penguasan ekonomi,” harap Kang Helmy, demikian ia akrab disapa.
Pada webinar tersebut hadir pula secara virtual Ketua PWNU DKI Jakarta KH Syamsul Maarif, Wakil Rais Syuriyah PWNU DKI Jakarta Ustadz Yusuf Mansur, Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta KH Taufik Damas.
Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh Jubir Kepresidenan RI Fadjroel Rachman, Staf Khsusus Menteri Agama H Kevin Haikal, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI H Ali Ramdhani, dan Founder Alvara Research Hasanuddin Ali.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad