Bogor, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj membuka Musyawarah Nasional (Munas) Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) di Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Jumat (19/1). Munasyang berlangsung Jumat-Ahad (19-21/1) itu diawali dengan Seminar Nasional bertema “Islam, Ekonomi, dan Kebangsaan”.
Pendiri Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Jakarta itu bercerita perjuangan Nabi Muhammad dalam membangun peradaban. Di negeri Yatsrib yang plural, Nabi pamungkas itu berhasil memajukan umat.
"Kalau ada negara yang maju di bidang akhlak dan moral, namanya ats-tsaqofah. Kalau ada negara yang maju di bidang ilmu pengetahuan, namanya al-hadoroh. Kalau ada negara yang kedua-duanya maju, namanya tamaddun. Maka, Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah," jelas Kiai Said.
Nabi Muhammad, lanjutnya, memperlakukan penduduk Madinah sama. Tidak memandang latar belakang. Pakemnya adalah keadilan, kebersamaan, dan kebijaksanaan.
Pada suatu ketika, Nabi Muhammad melihat ada umat Islam memperlakukan orang Yahudi secara kasar.
"Beliau marah itu. Akhirnya beliau menyerukan; barangsiapa yang membunuh non-Muslim, berhadapan dengan saya, barangsiapa berhadapan dengan saya, tidak akan masuk surga," kata Kiai Said, meniru seruan Nabi Muhammad dengan kalimatnya sendiri.
Maka, lanjutnya, kalau ada orang yang selesai shalat kemudian salam dan langsung membunuh polisi di dalam masjid, bukan ajaran yang benar. Bukan ajaran Imam Syafi'I atau Imam Ghozali itu.
“Ajaran Imam Samudera itu," tegasnya.
Di lain waktu, ada perempuan yang kedapatan sedang mencuri. Maling. Ternyata, setelah diselidiki, ia adalah putri dari seorang tokoh besar. Namun, Nabi Muhammad sendirilah yang akan menghukum maling tersebut.
"Jadi, bukan mentang-mentang anak tokoh besar, kemudian bebas dari hukuman. Tidak. Di mata Nabi Muhammad semua sama. Tidak ada bedanya," jelasnya.
Usai bercerita, KH Said menyerukan bahwa musuh bersama warga Indonesia bukan non-Muslim, bukan siapa-siapa.
"Musuh kita ini teroris, bandar narkoba, dan bandar LGBT," tegasnya. (Aru Elgete/Abdullah Alawi)