Inilah 3 Besar Peserta Lomba Lukis Digital Hari Santri 2023
Jumat, 20 Oktober 2023 | 22:00 WIB
Surabaya, NU Online
Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) memutuskan 3 peserta terbaik Lomba Lukis Digital “Wajah Kiai” pada Jumat (20/10/2023). Lomba ini digelar dalam rangka memeriahkan Hari Santri 2023.
Adapun tiga besar Lomba Lukisan Digital “Wajah Kiai” adalah sebagai berikut.
- Fachri Sayyid Arra dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Ia melukis wajah KH Anwar Manshur.
- Faza Nazila dari Pondok Pesantren Al-Anwar Jawar, Wonosobo, Jawa Tengah dengan karya lukisan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen yang sedang tersenyum.
- Pandu Abdul Fattah dari Pondok Pesantren Riyadlul 'Ulum Wadda’wah Condong Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia melukis potret Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
Panitia Lomba Hari Santri RMI PBNU Ulun Nuha mengucapkan selamat kepada para peserta yang telah memenangkan lomba lukisan digital dalam memperingati Hari Santri 2023.
“Selamat kepada para santri-santri kreatif semua karya sangat bagus, para pemenang adalah best of the best. Selamat untuk semuanya ini membuktikan bahwa santri bisa apa saja. Ini bagian dari ekspresi dan juga passion seni para santri,” ungkap Gus Ulun.
Ia mengatakan, para pemenang akan mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan, tropi, dan sertifikat. Ketiga peserta terbaik akan diundang ke Surabaya untuk mengikuti resepsi Puncak Hari Santri 21-22 Oktober 2023 sekaligus menyaksikan pengumuman para pemenang dari semua lomba yang diadakan dalam rangka menyambut hari santri 2023.
KH Jadul Maula, salah satu dewan juri, menyampaikan selamat kepada semua peserta dan terutama pemenang. Menurut Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU ini, karya para peserta secara umum sangat bagus. Lomba ini perlu ditindaklanjuti guna memupuk bakat seni para santri dan kecintaan santri pada kiai.
Sementara itu, Zamzami Almakki yang juga juri dalam perlombaan tersebut menjelaskan aspek penilaian didasarkan pada tampilan, gagasan, dan kemiripan. Dalam hal ini, para pemenang berhasil menampilkan suasana dan konteks yang lebih kekinian, tetapi karakter ulamanya masih tetap dalam penghormatan yang terjaga.
“Jadi, kalau udah gak enak dilihatnya, tidak lanjut ke tahapan gagasan dan teknis lebih detail lagi. Karena, ketika menampilkan wajah seseorang, berarti ngomongin anatomi dan seberapa miripnya dengan wajah yang dirujuk,” kata dia.
“Gagasan berkaitan dengan bagaimana wajah ulama tersebut ditampilkan, dibawa dalam suasana yang seperti apa. Seperti kita tahu, ada beragam pilihan dalam menampilkan seseorang yang disesuaikan dengan karakter orang tersebut dan konteksnya,” imbuh dosen desain komunikasi visual itu.