Jakarta, NU Online
Liberalisme hadir dengan kebebasan tanpa batas, sedangkan fundamentalisme Islam muncul dengan segudang larangan berupa takfiri, pembidahan atas praktik ibadah, dan sebagainya.
Belum lagi kelompok Islam yang mudah sekali membunuh orang, baik dengan pengeboman atau cara lainnya hanya karena tak sepaham.
"Islam Nusantara sebagai diferensiasi," kata Budayawan Ngatawi al-Zastrouw saat mengisi Tadarus Islam Nusantara di Aula Lantai 4 Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Jalan Taman Amir Hamzah, Matraman Jakarta Pusat, Jumat (14/12).
Nahdlatul Ulama sebagai suatu organisasi tidak berada pada posisi mereka. Karenanya, Islam Nusantara hadir sebagai pembeda di antara mereka.
Lebih lanjut, dosen pascasarjana Unusia itu menyatakan bahwa Islam Nusantara itu benda, berupa sistem pikir dan perilaku. "Dengan benda dan perilaku itu secara otomatis menimbulkan sifat. Sifatnya itu toleran,"
Kegiatan dwi mingguan yang digelar oleh Pusat Kajian Islam Nusantara (PKIN) itu dihadiri oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Ulil Abshar Hadrawi, Ketua Program Doktoral Pascasarjana Islam Nusantara Unusia Hamdani, dan Ketua Program Magister Pascasarjana Islam Nusantara Unusia Ayatullah. (Syakir NF/Ahmad Rozali)