Jakarta, NU Online
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, menggelar pemantauan hilal untuk mengetahui berakhirnya bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal. Warga NU, terutama yang aktif di dunia ilmu falak, diimbau mengadakan rukyatul hilal pada Senin (3/6) petang ini.
Instruksi tersebut diedarkan sejak kemarin, sebagai wujud ajakan partisipasi Nahdliyin dalam penentuan tanggal 1 Syawal 1440 Hijriah. Tak hanya informasi data pengamatan, mereka juga dianjurkan untuk mengirim foto citra hilal dari hasil rukyat.
Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri dalam suatu kesempatan mengatakan, rukyatul hilal atau pemantauan hilal merupakan metode utama yang digunakan NU, meski bukan berarti pihaknya tak melakukan sama sekali penghitungan astronomis atau metode hisab. Metode hisab hanya bersifat prediktif, bukan menentukan.
Data hisab almanak terbitan resmi Lembaga Falakiyah PBNU mengungkapkan, Senin hari ini konjungsi atau ijtima' terjadi pada pukul 17:01:42 WIB. Tinggi hilal minus 0 derajat 14 menit 57 detik. Rincian informasi ini didapatkan berdasar data hisab awal bulan markaz Jakarta.
Dengan perkiraan tinggi hilal di bawah 0 derajat seperti itu, sangat sulit bulan sabit tanda awal bulan bakal terlihat. Sehingga, awal bulan Syawal 1440 Hijriah diperkirakan jatuh pada Rabu Legi, 5 Juni 2019, setelah ada penggenapan bulan Ramadhan menjadi 30 hari (istikmal).
Tim rukyat Lembaga Falakiyah sore ini menyelenggarakan pemantauan hilal di berbagai daerah di Indonesia. Hasil dari observasi ini selanjutnya, antara lain, akan dilaporkan dalam sidang itsbat yang dilaksanakan Pemerintah.
Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Islam mengadakan sidang itsbat (penetapan) awal bulan Syawal atau lebaran 2019, petang ini di Jakarta. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dijadwalkan memimpin langsung penentuan hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah itu. (Red: Mahbib)